GridHEALTH.id - Dalam beberapa tahun terakhir, produk minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) menjamur di mana-mana.
Terdapat berbagai varian minuman manis yang bisa dipilih, mulai dari teh, kopi, hingga minuman berkarbonasi atau soda.
Minuman ini menjadi kesukaan banyak orang, terutama di kalangan anak muda.
Konsumsi minuman ini bahkan sudah menjadi bagian dari keseharian sejumlah orang, tidak hanya sekadar untuk melegakan dahaga.
Kebiasaan ini tentu tidak sesuai dengan gizi lengkap keluarga sehat dan dapat berdampak buruk bagi tubuh.
Gula merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Namun, keonsumsinya tidak boleh berlebihan.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengatur jumlah konsumsi gula harian dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013.
Per harinya, seseorang hanya direkomendasikan mengonsumsi 50 gram gula yang setara dengan 4 sendok makan.
Dokter spesialis penyakit dalam dr. Decsa Medika Hertanto, Sp.PD, menjabarkan efek buruk minuman manis bagi kesehatan.
Masalah kesehatan yang rentan terjadi akibat kebiasaan minum minuman manis ini, yakni sindrom metabolik.
Sindrom metabolik merupakan sekelompok kondiis yang terjadi bersamaan. Ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Baca Juga: Terlalu Sering Konsumsi Minuman Manis, Benarkah Bisa Picu Gagal Ginjal?
"Sindrom metabolik, sumber berbagai macam penyakit (seperti) diabetes, hipertensi, dan lain-lain. Jadi itu yang sering menyebabkan penyakit komorbid," katanya saat dihubungi GridHEALTH, Rabu (17/4/2024).
Kondisi ini erat kaitannya dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Sindrom metabolik juga terkait dengan resistensi insulin.
Resistensi insulin terjadi saat sel-sel tidak merespons hormon ini secara normal dan glukosa tidak mudah masuk ke dalam sel. Sehingga tubuh memproduksi lebih banyak insulin, dengan tujuan menurunkan gula darah.
Selain itu, dokter Decsa mengatakan kalau konsumsi minuman manis berlebihan dapat mempengaruhi nafsu makan.
"Kalau makan dan minum manis, (bisa membuat) nafsu makan meningkat. Nafsu makan yang tidak sehat, berlemak, berminyak, dan lain-lain. Dampaknya cukup luas, tapi yang tersering diabetes dan hipertensi," jelasnya.
Dokter Decsa mengatakan, sebagian besar kasus sindrom metabolik tidak memiliki gejala yang jelas.
Namun ada tanda-tanda yang bisa diwaspadai, salah satunya adalah ukuran lingkar perut.
"Biasanya kalau pria (lingkar perut) di bawah 90 cm, kalau wanita 80 cm. Kalau di atas itu, mulai hati-hati," ujarnya.
Tanda lain yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya kadar kolesterol dan asam urat.
Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan seiring bertambahnya usia, karena risikonya semakin meningkat.
Bagi yang mempunyai anggota keluarga dengan diabetes atau hipertensi, disarankan untuk rutin melakukan medical check up agar risikonya bisa terdeteksi sedini mungkin. (*)
Baca Juga: Catat, Begini 3 Cara Konsumsi Gula yang Tepat untuk Cegah Diabetes
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar