Dengan demikian, yang pertama harus dilakukan adalah intervensi yang sudah berjalan dan akan berjalan harus diarahkan agar tepat sasaran dan mempunyai daya lebih besar dalam upaya penurunan prevalensi, atau menurut Ma'ruf intervensi yang mempunyai "daya ungkit" tinggi.
Yang kedua, pencegahan stunting juga harus menjadi perhatian, terutama pada perempuan usia produktif seksual dan calon pengantin (catin).
"Fokuskan strategi dan pendekatan pada pencegahan terjadinya stunting baru, tanpa mengurangi intervensi pada anak stunting," kata Ma'ruf dalam acara Rapat Kerja Nasional Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2024 di Kantor BKKBN, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Tentunya, upaya pencegahan tidak akan bisa menunjukkan hasil dalam waktu cepat, terlebih dalam batas waktu tahun 2024 ini menuju angka prevalensi 14%.
Berkaitan dengan target tersebut, evaluasi menyeluruh termasuk pada angka target prevalensi stunting 14 persen tahun 2024, menurut Ma'ruf.
Untuk memfasilitasi langkah pencegahan tersebut, perlu penyesuaian pada target periode berikutnya, selepas tahun 2024 dengan kalkulasi hasil pengukuran intervensi dan proyeksi penurunan prevalensi berdasarkan langkah-langkah pencegahan.
Edukasi pada perempuan belum menikah dan keluarga muda akan risiko stunting harus benar-benar menjadi perhatian dan mendapat porsi besar untuk target periode berikutnya.
Baca Juga: Hindari Anemia dan Stunting, Ibu Hamil Perlu Perhatikan Kebutuhan Zat Besi
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar