GridHEALTH.id - Gula bebas adalah semua gula yang ditambahkan ke makanan atau minuman oleh produsen, juru masak, atau konsumen, serta gula alami yang terdapat dalam madu, sirup, jus buah, dan konsentrat jus buah.
Ini termasuk gula putih, gula coklat, madu, dan sirup seperti sirup jagung. Gula bebas berbeda dari gula alami yang ada dalam buah utuh dan susu.
Gula bebas mempunyai arti yang berbeda dengan bebas gula, yang sering diklaim oleh industri makanan dan minuman terdapat pada produk mereka.
Konsumsi gula bebas yang tinggi sangat berkaitan dengan peningkatan berat badan berlebih dan obesitas, yang mempengaruhi hampir 40% populasi dewasa dan jutaan anak-anak di dunia.
Kondisi ini memicu penyakit tidak menular (PTM) terkait pola makan, yang menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Untuk menanggapi masalah ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengurangi asupan gula bebas.
Statistik Obesitas di Dunia
Obesitas merupakan ancaman serius bagi kesehatan miliaran orang di seluruh dunia. Pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, dan lebih dari 600 juta di antaranya obesitas.
Pada tahun 2020, lebih dari 38 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami kelebihan berat badan, meningkat hampir 6 juta dalam 20 tahun terakhir.
Obesitas juga menjadi faktor risiko utama bagi banyak penyakit tidak menular (PTM), termasuk penyakit kardiovaskular (CVD), diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker.
PTM adalah penyebab utama kematian global, dengan perkiraan 41 juta (71%) dari 55 juta kematian pada tahun 2019.
Baca Juga: 5 Cara Menurunkan Gula Darah Tinggi dengan Apel, Cegah Komplikasi yang Serius
Rekomendasi WHO tentang Asupan Gula Bebas
Asupan gula bebas yang tinggi berkaitan erat dengan obesitas, dan risiko PTM. WHO telah mengeluarkan panduan untuk membatasi asupan gula bebas guna mengurangi risiko kenaikan berat badan yang tidak sehat dan kerusakan gigi.
Sejak panduan WHO mengenai asupan gula bebas dirilis, maka muncul permintaan terhadap pemanis non-gula (NSS) untuk mengurangi asupan gula. Pemanis non-gula adalah istilah yang mencakup pemanis buatan serta pemanis alami yang tidak mengandung kalori atau mengandung kalori sangat rendah sedangkan pemanis buatan adalah jenis pemanis non-gula yang dibuat melalui proses kimia.
Panduan Baru WHO tentang Pemanis Non-Gula (NSS)
Pemanis non-gula adalah alternatif rendah kalori atau tanpa kalori sebagai pengganti gula bebas. Pemanis non-gula ini umumnya dipasarkan sebagai cara efektif untuk pemeliharaan berat badan yang sehat, dan sering direkomendasikan untuk mengontrol kadar glukosa darah pada individu dengan diabetes.
Akan tetapi tepat setahun lalu pada bulan Mei 2023 WHO merilis panduan baru tentang pemanis non-gula (NSS), yang merekomendasikan untuk tidak menggunakan pemanis non-gula sebagai cara mengendalikan berat badan atau mengurangi risiko penyakit tidak menular (PTM).
Rekomendasi ini berdasarkan penelitian, temuan dan bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan pemanis non-gula tidak memberikan manfaat jangka panjang dalam mengurangi lemak tubuh pada orang dewasa atau anak-anak.
Penelitian itu bahkan juga menunjukkan adanya potensi efek samping yang tidak diinginkan dari penggunaan pemanis non-gula jangka panjang, seperti peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian pada orang dewasa.
Cara Mengurangi Gula Bebas Selain Pemanis Non-Gula
WHO menyarankan agar pemanis non-gula tidak digunakan sebagai cara untuk mengendalikan berat badan atau mengurangi risiko PTM (rekomendasi bersyarat). Mengganti gula bebas dengan pemanis non-gula tidak membantu dalam mengendalikan berat badan dalam jangka panjang.
Pemanis non-gula yang umum termasuk acesulfame K, aspartam, advantame, siklamat, neotame, sakarin, sucralose, stevia, dan turunan stevia.
Baca Juga: Fakta Stunting dan Konsumsi Gula, Menengok Peran Gula Rendah Kalori
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar