Kondisi kehidupan yang penuh tekanan, seperti ketidakpastian finansial, lingkungan yang tidak aman, dan kondisi hidup yang tidak nyaman, dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi.
Orang-orang yang tinggal di lingkungan kumuh sering kali merasa tidak aman, yang pada gilirannya memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka.
Rumah kumuh sering kali berada di dekat jalan raya, pabrik, atau tempat pembuangan sampah, yang meningkatkan paparan terhadap polusi udara.
Polusi udara, baik dari debu, asap kendaraan, atau asap dari pembakaran sampah, dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Terutama bagi anak-anak dan lansia, polusi udara dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang serius.
Bagi perempuan, tinggal di lingkungan kumuh juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan reproduksi.
Kurangnya akses terhadap fasilitas kebersihan menstruasi yang layak, serta minimnya layanan kesehatan yang terjangkau, dapat menyebabkan berbagai infeksi dan gangguan kesehatan lainnya.
Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kumuh juga berisiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan akibat gizi yang buruk dan kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Lingkungan yang kumuh, terutama di daerah dengan sanitasi buruk, sering kali menjadi tempat berkembang biaknya parasit seperti cacing.
Infeksi cacing bisa menyebabkan anemia, kelelahan, dan malnutrisi, terutama pada anak-anak yang sering bermain di area yang terkontaminasi.
Lingkungan yang tidak sehat juga berkontribusi pada tingginya angka kematian bayi.
Baca Juga: 5 Tips Membersihkan Rumah Kotor Usai Ditiggal Mudik, Cegah Sarang penyakit
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar