GridHealth.id - Kehidupan di lingkungan kumuh menjadi kenyataan yang dihadapi oleh banyak orang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Rumah kumuh biasanya ditandai dengan kondisi bangunan yang tidak layak, kebersihan yang buruk, serta minimnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai.
Tinggal di lingkungan semacam ini memiliki dampak serius terhadap kesehatan, terutama bagi kelompok yang rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil.
Berikut ini adalah beberapa dampak buruk tinggal di rumah kumuh bagi kesehatan.
Lingkungan kumuh sering kali menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyakit menular.
Kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya akses air bersih meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti:
Diare: Penyakit ini sering terjadi karena air yang terkontaminasi dan kondisi sanitasi yang buruk.
Anak-anak yang tinggal di daerah kumuh memiliki risiko lebih tinggi terkena diare, yang dapat menyebabkan dehidrasi parah dan bahkan kematian jika tidak segera diobati.
Tifus dan Kolera: Penyakit ini juga mudah menyebar di daerah dengan sanitasi yang buruk dan sumber air yang terkontaminasi.
Infeksi Pernapasan: Lingkungan kumuh yang padat dan tidak memiliki ventilasi yang baik dapat meningkatkan risiko penyebaran infeksi saluran pernapasan seperti TBC, pneumonia, dan bronkitis.
Keterbatasan ekonomi dan lingkungan yang tidak higienis sering menyebabkan penghuni rumah kumuh kekurangan gizi.
Baca Juga: 5 Tips Membersihkan Rumah Kotor Usai Ditiggal Mudik, Cegah Sarang penyakit
Makanan yang kurang bergizi dan minimnya akses ke makanan segar dapat memicu berbagai masalah kesehatan, terutama pada anak-anak yang mengalami stunting atau pertumbuhan yang terhambat.
Selain itu, konsumsi makanan yang tercemar juga dapat memperparah masalah gizi.
Lingkungan kumuh yang tidak mendukung kebersihan dan kesehatan dapat berkontribusi pada masalah stunting, di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan nutrisi kronis, terutama pada masa awal pertumbuhan.
Stunting juga disebabkan oleh infeksi berulang yang sering terjadi di lingkungan yang tidak sehat, seperti diare atau infeksi parasit.
Kondisi kumuh yang lembap dan penuh dengan sampah juga menyebabkan banyaknya penyakit kulit.
Penyakit seperti scabies, kurap, serta berbagai infeksi kulit lainnya sering kali menyerang penghuni rumah kumuh karena minimnya kebersihan pribadi dan lingkungan.
Selain itu, adanya hama seperti kutu, kecoa, dan tikus memperburuk kondisi ini.
Lingkungan kumuh yang banyak genangan air menjadi tempat ideal bagi berkembangnya nyamuk.
Penyakit seperti demam berdarah dan malaria sering kali mewabah di lingkungan dengan sanitasi yang buruk dan kepadatan penduduk yang tinggi.
Nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus dengue, sangat mudah berkembang biak di daerah yang tidak terkelola dengan baik.
Lingkungan rumah kumuh juga dapat berdampak pada kesehatan mental penghuninya.
Baca Juga: Mudah Ditanam di Rumah, Ini Dia 6 Tanaman Herbal yang Bisa Menurunkan Kolesterol
Kondisi kehidupan yang penuh tekanan, seperti ketidakpastian finansial, lingkungan yang tidak aman, dan kondisi hidup yang tidak nyaman, dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi.
Orang-orang yang tinggal di lingkungan kumuh sering kali merasa tidak aman, yang pada gilirannya memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka.
Rumah kumuh sering kali berada di dekat jalan raya, pabrik, atau tempat pembuangan sampah, yang meningkatkan paparan terhadap polusi udara.
Polusi udara, baik dari debu, asap kendaraan, atau asap dari pembakaran sampah, dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Terutama bagi anak-anak dan lansia, polusi udara dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang serius.
Bagi perempuan, tinggal di lingkungan kumuh juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan reproduksi.
Kurangnya akses terhadap fasilitas kebersihan menstruasi yang layak, serta minimnya layanan kesehatan yang terjangkau, dapat menyebabkan berbagai infeksi dan gangguan kesehatan lainnya.
Ibu hamil yang tinggal di lingkungan kumuh juga berisiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan akibat gizi yang buruk dan kondisi lingkungan yang tidak sehat.
Lingkungan yang kumuh, terutama di daerah dengan sanitasi buruk, sering kali menjadi tempat berkembang biaknya parasit seperti cacing.
Infeksi cacing bisa menyebabkan anemia, kelelahan, dan malnutrisi, terutama pada anak-anak yang sering bermain di area yang terkontaminasi.
Lingkungan yang tidak sehat juga berkontribusi pada tingginya angka kematian bayi.
Baca Juga: 5 Tips Membersihkan Rumah Kotor Usai Ditiggal Mudik, Cegah Sarang penyakit
Sanitasi buruk, kurangnya akses ke layanan kesehatan, dan infeksi berulang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami gangguan kesehatan serius, seperti pneumonia atau diare, yang dapat berujung pada kematian.
Untuk mengatasi dampak buruk kesehatan akibat tinggal di rumah kumuh, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, baik dari sisi pemerintah, masyarakat, maupun individu.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain:
Akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak harus ditingkatkan, terutama di daerah-daerah yang rentan.
Pemerintah dan lembaga non-pemerintah dapat berperan dalam menyediakan infrastruktur sanitasi dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan.
Masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan.
Edukasi tentang pola makan sehat juga sangat penting untuk mengatasi masalah malnutrisi di kalangan penghuni rumah kumuh.
Akses terhadap layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas harus diperluas.
Puskesmas dan klinik di daerah kumuh dapat berperan penting dalam memberikan layanan kesehatan preventif dan kuratif.
Program-program pengembangan perumahan, seperti renovasi kawasan kumuh atau penyediaan rumah susun, dapat membantu memberikan lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh.
Tinggal di lingkungan rumah kumuh memiliki dampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental penghuninya.
Baca Juga: 3 Gaya Hidup Aktif Ini Bisa Jadi Olahraga Untuk Turun Berat Badan
Penyakit menular, malnutrisi, infeksi kulit, serta gangguan pernapasan adalah beberapa masalah kesehatan yang sering dialami oleh mereka yang tinggal di lingkungan tidak layak huni.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan layak, serta memastikan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi yang memadai.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar