Pada penderita diabetes, kadar gula darah yang tinggi dapat merusak saraf yang mengendalikan fungsi kandung kemih, sehingga membuat seseorang lebih sering merasa perlu segera buang air kecil.
Kondisi ini bisa sangat mengganggu, terutama jika frekuensi buang air kecil terjadi di malam hari.
Jika Anda sering mengalami kesulitan dalam menahan kencing dan merasa harus segera pergi ke toilet, ini bisa menjadi tanda bahwa diabetes memengaruhi sistem saraf Anda.
Diabetes juga bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK). Kadar gula darah yang tinggi dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk tumbuh di saluran kemih.
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan gejala seperti rasa terbakar saat buang air kecil, urine yang berbau tidak sedap, dan rasa nyeri di sekitar perut bagian bawah.
Jika Anda sering mengalami ISK berulang, terutama disertai dengan gejala lain seperti frekuensi kencing yang meningkat dan kelelahan, ada baiknya untuk melakukan tes gula darah guna mengecek kemungkinan diabetes.
Selain warna dan bau, tekstur urine juga bisa berubah pada penderita diabetes. Salah satu tanda yang mungkin muncul adalah urine yang terlihat berbusa.
Hal ini terjadi karena adanya kelebihan protein dalam urine, yang dikenal sebagai proteinuria.
Proteinuria dapat terjadi jika ginjal rusak akibat kadar gula darah yang tinggi, sehingga protein yang seharusnya diserap kembali oleh ginjal akhirnya bocor ke dalam urine.
Urine berbusa bisa menjadi tanda masalah serius pada ginjal, dan jika Anda mengalaminya secara konsisten, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Perubahan dalam kebiasaan kencing bisa menjadi salah satu tanda awal dari penyakit diabetes.
Frekuensi kencing yang meningkat, jumlah urine yang lebih banyak, serta perubahan warna, bau, dan tekstur urine bisa menjadi gejala yang patut diwaspadai.
Jika Anda mengalami salah satu atau beberapa dari gejala ini, penting untuk segera melakukan tes gula darah dan berkonsultasi dengan profesional medis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Dengan deteksi dini dan pengelolaan yang baik, risiko komplikasi serius akibat diabetes bisa diminimalkan.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar