GridHEALTH.id - Obat untuk mengobati demam disertai flu pada anak memang sudah banyak tersebar di berbagai apotek dan toko obat.
Sayangnya hanya sedikit para orangtua yang mengerti akan kegunaan, dosis atau jumlah takaran dari suatu obat tersebut.
Seperti pemberian obat antibiotik saat anak demam disertai flu yang masih dilakukan beberapa orangtua.
Baca Juga: Berita Kesehatan Demam: Jangan Sampai Terkecoh, Ini Tanda Bayi Terkena Gejala Demam Berdarah
Padahal pemberian antibiotik secara berlebihan atau irasional artinya penggunaannya tidak benar, tidak tepat dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya.
Demam yang disertai flu sebenarnya tidak perlu diobati dengan antibiotik karena virus flu tidak mempan obat tersebut.
Obat antibiotik digunakan bila ada komplikasi infeksi disebabkan kuman saja dan itupun jarang terjadi.
Pasalnya, jika anak sudah terbiasa mengonsumsi obat antibiotik, bahayanya kuman di tubuhnya bisa menjadi kebal terhadap antibiotik.
Akibatnya, dosis yang nanti digunakan akan semakin besar.
Baca Juga: Lagi, Korban Vape Seorang Gadis Berusia 19 Tahun, Paru-paru Rusak dan Bolong!
Efek terjelek adalah datangnya kematian bila dosisnya sudah terlalu tinggi.
Saat ini pemakaian antibiotik sembarangan di Indonesia masih menjadi masalah serius.
Berdasarkan tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian antibiotik di Indonesia banyak terjadi dan lebih mencemaskan.
Perlu diketahui, indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotik pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri.
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotik adalah bila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10-14 hari yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari).
Serta terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas lebih dari 39 derajat Celcius dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.
Pilihan pertama pengobatan antibiotik untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin atau Clavulanate.
Baca Juga: Masa Kecil Sering Di-bully, Ini Kisah Kelam Rizky Febian yang Bisa Berdampak Hingga Dewasa
Bila dalam 2-3 hari membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10-14 hari.
Antibiotik pun bisa diberikan pada mereka yang terkena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih.
Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini.
Baca Juga: 6 Manfaat Buah Nanas bagi Tubuh sebagai Buah Paling Sehat di Dunia
Infeksi saluran kemih pun menjadi alasan untuk anak diberikan atibiotik.
Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur darah atau urine.
Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan kultur urine.
Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Begitu juga dengan penyakit tifus, pemberian antibiotik bisa dilakukan.
Baca Juga: Berita Kesehatan Gigi dan Mulut: Tips Menghentikan Kebisaan Mengisap Jempol pada Anak
Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah.
Terlebih melansir tulisan dr. Fransisca Handy, SpA di laman aimi-asi.org, batuk pilek demam dan diare sampai tahap tertentu sesungguhnya adalah cara tubuh untuk bertahan ketika virus masuk ke dalam tubuh (infeksi virus).
Baca Juga: Aneka Makanan Pengusir Insomnia Ini Bisa Bikin Tidur Lebih Nyenyak
Batuk menjaga supaya jalan napas bersih dari lendir yang dihasilkan lebih banyak ketika ada infeksi virus dan batuk juga menjaga supaya kuman baru tidak masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan di saat tubuh sedang berusaha melawan virus yang sudah masuk.
Sehingga kebiasaan kebanyakan para orangtua memberi obat seperti antibiotik saat anak demam disertai flu sangat tidak dianjurkan.(*)
#berantasstunting