Find Us On Social Media :

Studi : Tidur Tengkurap Kurangi Rasa Kesakitan Pasien Covid-19

Tidur tengkurap menambah kapasitas masukan oksigen dan mengurangi kesakiktan pada pasien Covid-19

GridHEALTH.id - Melihat foto-foto pasien Covid-19 yang beredar di internet menimbulkan rasa haru biru dan sedih. 

Namun ada foto-foto juga yang mengusik rasa ingin tahu dimana tampak pasien Covid-19 dipasangi ventilator untuk membantu mereka bernapas, tetapi banyak dari pasien-pasien tersebut berada dalam posisi tengkurap?

Ternyata,  teknik ini disebut proning dan telah terbukti bermanfaat bagi beberapa pasien yang menderita penyakit pernapasan.

Posisi ini membantu meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru mereka. 

Pasien dapat ditempatkan dalam posisi tengkurap (dari bahasa Latin pronus, berarti condong ke depan) selama beberapa jam untuk memindahkan cairan yang mungkin telah terkumpul di paru-paru mereka dan mengganggu pernapasan mereka.

Teknik ini semakin sering digunakan untuk merawat pasien Covid-19 yang membutuhkan dukungan perawatan intensif.

Baca Juga: Dokter Ini Anjurkan Zinc Untuk Perkuat Imunitas Hadapi Virus Corona

Baca Juga: 7 Cara Praktis dan Hemat Ini Untuk Menangkal Keriput di Wajah

"Banyak pasien Covid-19 tidak mendapat cukup oksigen di paru-paru mereka dan itu menyebabkan kerusakan," kata Panagis Galiatsatos, seorang dokter paru-paru dan pakar perawatan kritis sekaligus asisten profesor di Universitas Johns Hopkins, AS.

"Meskipun mereka diberi oksigen, kadang-kadang itu tidak cukup. Jadi, yang kita lakukan adalah menelungkupkan pasien, dengan perut pasien di bawah, agar paru-paru mereka mengembang," ujarnya dikutip dari Daily Mail.

Dr. Galiatsatos mengatakan bagian terberat dari paru-paru terletak di punggung kita, sehingga pasien yang berbaring dengan berat badan bertumpu pada punggung mereka akan lebih sulit mendapatkan udara yang cukup.

Sebaliknya, teknik proning meningkatkan aliran oksigen dan mendorong penggunaan berbagai bagian paru-paru.

"Ini bisa membuat perubahan yang nyata, kami telah melihat keampuhannya pada banyak pasien," kata sang dokter.

Pada bulan Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan proning untuk pasien Covid-19 dewasa dengan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), untuk jangka waktu 12 hingga 16 jam sehari.

WHO mengatakan teknik ini dapat dipertimbangkan untuk anak-anak, tetapi akan membutuhkan orang-orang yang terlatih dan keahlian tambahan untuk melakukannya dengan aman.

Baca Juga: Ini Akibatnya Kalau Membiarkan Gigi Berlubang Tak Segera Diobati

Baca Juga: Nyeri Punggung Saat Hamil? Mungkin Akibat Posisi Tidur Tidak Tepat

 

Sebuah studi oleh komunitas pakar kesehatan, American Thoracic Society, mendapati bahwa pasien yang tidak pernah ditempatkan dalam kondisi tengkurap memiliki kapasitas ekspansi paru yang lebih buruk, dibandingkan dengan mereka yang pernah ditengkurapkan.

Studi ini berdasarkan pada 12 pasien dengan ARDS parah terkait Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Jinyintan di Wuhan, China, pada bulan Februari.

 

Meskipun tampak seperti prosedur sederhana, proning juga tidak mudah dan berisiko.

Menengkurapkan pasien perlu waktu dan perlu sejumlah tenaga profesional berpengalaman.

 "Itu tidak mudah. ​​Empat atau lima orang diminta untuk melakukannya secara efektif," kata Dr. Galiatsatos.

Tentu saja hal ini menjadi sulit pada rumah sakit yang kekurangan staf dan berjuang menerima dan merawat pasien Covid-19 yang terus berdatangan.

Rumah sakit Johns Hopkins, menurut Dr Galiatsatos, telah membentuk tim yang didedikasikan untuk melakukan proning, sebagai respons terhadap peningkatan jumlah pasien virus corona.

Baca Juga: Minum Obat Tanpa Air Seperti Pil, Benarkah Mengganggu Efektivitasnya?

Baca Juga: Hindari Dampak Interaksi Obat dan Makanan, Minum Obat Ada Aturannya

"Jadi, jika pasien Covid-19 berada di unit perawatan intensif yang para stafnya tidak terbiasa dengan prosedur semacam ini, mereka dapat memanggil tim spesialis yang akan menempatkan pasien dalam posisi tengkurap."

Dalam hal proning, kekhawatiran lain adalah pasien obesitas. Juga harus hati-hati dengan orang yang mengalami cedera dada, dan pasien dengan tabung ventilasi atau tabung kateter."

Teknik ini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan saluran udara.

Manfaat proning pertama kali diamati pada pertengahan 1970-an. Tetapi baru pada tahun 1986 proning menjadi praktik umum di rumah sakit di seluruh dunia, kata para ahli.

Peningkatan oksigenasi paru-paru bukan satu-satunya manfaat dari proning. "Saat pasien tengkurap, beban [fisik] di paru-paru mereka terdistribusikan lebih merata," Prof. Gattinoni menjelaskan.

"Bayangkan paru-paru yang terkena energi mekanik dari ventilator: rasanya seperti ditinju terus menerus. Jelas, semakin merata gaya ini, semakin sedikit bahaya yang ditimbulkannya."

Sebuah studi yang dilakukan di Prancis pada 2000 menemukan bahwa pasien [yang tengkurap] tidak hanya mengalami peningkatan oksigenasi, mereka juga memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Tes Analisis Sperma, Tes yang Membantu Pria Mengatasi Infertilitas

Baca Juga: Flek Hitam di Wajah Membandel? Ini Solusi Mudah untuk Menghilangkannya

"Saat ini, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menggunakan terapi seperti ini untuk melawan pandemi yang telah membunuh puluhan ribu orang — dan belum ada obatnya," tutup Prof. Gattinoni. (*)

#berantasstunting #hadapicorona