GridHEALTH.id - Seorang perawat di North Carolina, Amerika Serikat, mengatakan ia merawat pasien yang menghadiri 'pesta virus Corona' untuk mencari kekebalan akan virus corona.
"Selama beberapa hari terakhir, kami mendengar dari pasien dan masyarakat bahwa mereka tak takut terkena virus corona penyebab Covid-19," kata Yolanda Enrich, perawat di Novant Health Medical Center, dikutip dari New York Post.
"Orang benar-benar keluar dan mencoba terinfeksi virus, jadi mereka menghadiri pertemuan dan memaksimalkan peluang mereka terpapar," sambungnya.
Enrich menyebut pasien dengan usia yang lebih muda mengatakan kepada petugas kesehatan bahwa mereka berusaha mengembangkan antibodi sehingga tak lagi harus melakukan tindakan pencegahan saat keluar rumah.
Namun hingga kini masih belum diketahui secara pasti apakah antibodi virus corona benar-benar memberikan kekebalan.
"Kami benar-benar prihatin dengan tren ini. Mereka dapat dengan mudah menyebarkan virus dan menginfeksi kelompok rentan," sebutnya.
Baca Juga: Indonesia Hindari Lockdown, Apakah Herd Immunity Akan Jadi Skenario?
Baca Juga: 12 Makanan yang Amat Perlu Dihindari Penderita Gangguan Ginjal
Mandy Cohen, dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan North Carolina mengatakan lebih banyak kasus corona berarti akan meningkatkan risiko bagi penduduk yang rentan.
"Tidak ada keadaan di mana kami ingin orang-orang secara aktif sengaja tertular Covid-19," kata Cohen.
"Alasan kami bekerja sangat keras secara kolektif untuk menjaga penyebaran virus tetap rendah adalah kenyataan bahwa ketika ada lebih banyak infeksi virus, itu tidak hanya berdampak pada mereka yang memilikinya, tetapi juga pada mereka yang berisiko tinggi mendapatkan reaksi parah terhadap penyakit," lanjutnya.
Soumya Swaminathan, pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan konsep herd immunity akan sangat berbahaya apabila diterapkan dalam rangka mencari kekebalan Corona. Mencari herd immunity berarti 'menerima kematian yang tinggi'.
Itu sebabnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam berita terkininya mengutuk konsep herd immunity atau kekebalan kelompok yang mulai digaungkan berbagai negara dalam mengelola pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Eksekutif Program Kedaruratan kesehatan WHO, Dr. Michael Ryan, negara-negara yang berpikir bahwa 'berdamai' dengan virus corona akan secara ajaib menciptakan kekebalan kelompok adalah pemikiran yang keliru.
Baca Juga: 5 Penyebab Kepala Pusing Setelah Makan, Salah Satunya Diabetes
Baca Juga: Studi : Semakin Besar Kemaluan, Pria Makin Malas Pakai Kontrasepsi
Langkah-langkah melonggarkan lockdown di mana pemerintahan suatu negara belum benar-benar melakukan sesuatu dalam memerangi Covid-19 disebutnya amat berbahaya.
Dr. Ryan menjelaskan, konsep herd immunity sejatinya digunakan untuk menghitung berapa banyak vaksin yang harus disebar di suatu populasi untuk melindungi orang-orang yang tidak divaksinasi.
"Kita perlu hati-hati saat menggunakan istilah-istilah ini di sekitar infeksi alami pada manusia," kata Dr. Ryan dikutip dari laman WHO (17/05/2020).
"Karena hal ini justru dapat menyebabkan akibat yang sangat brutal, yang tidak menempatkan orang, kehidupan, dan penderitaan di tempat semestinya," tambahnya.
Konsep herd immunity bisa diartikan sebagai upaya untuk menghentikan laju penyebaran virus dengan membiarkan populasi terpapar.
MMereka diharapkan bisa mendapatkan imunitas atau kekebalan alami sehingga virus hilang dengan sendirinya.
Namun, konsep yang kini mulai digaungkan berbagai negara, mendapat kritik dari para peneliti.
Baca Juga: Istri Tak Kunjung Hamil? Suami Tak Perlu Malu Segera Periksa ke Dokter
Baca Juga: 10 Kebaikan Air Kelapa Muda Untuk Berbuka, Aman Untuk Pasien Diabetes
Sebabnya, strategi herd immunity dinilai bakal menimbulkan banyak korban meninggal sebelum kekebalan kelompok bisa tercapai.
"Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu. Kami telah mengatakan ini berulang kali. Tidak ada yang aman sampai semua orang aman," tegas Dr. Ryan.
"Satu-satunya cara aman kita akan bisa mendapatkan herd immunity terhadap virus ini adalah vaksin," kata Natalie Dean, seorang ahli biostatistik di University of Florida yang berspesialisasi dalam epidemiologi penyakit menular, dikutip dari New York Post (04/05/20)
Ahli lain pun berpendapat setidaknya untuk saat ini, herd immunity bukanlah tujuan yang dapat dicapai.
Melakukan herd immunity seperti pada kasus cacar air dan campak adalah ide yang mengerikan, para ilmuwan menjelaskan.
Tidak hanya karena Covid-19 jauh lebih berbahaya daripada cacar air, tetapi juga karena seseorang tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
"Kami telah mendengarkan dengan prihatin terhadap suara-suara yang keliru menyarankan bahwa herd immunity dapat segera memperlambat penyebaran Covid-19," tulis David Dowdy dan Gypsyamber D'Souza, dari Departemen Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg, dikutip dari Reuters (07/05/20).
"Covid-19 100 kali lebih mematikan daripada cacar air. Misalnya, di kapal pesiar Diamond Princess, tingkat kematian di antara mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 1%," jelas mereka.
Baca Juga: 6 Tanda Dini Serangan Stroke, Tekanan Darah Tinggi Salah Satunya
Baca Juga: Koma Diabetes Paling Ditakuti Penderita Diabetes, Apa Penyebabnya?
Sehingga seseorang yang pergi ke "pesta virus corona" untuk terinfeksi tidak hanya akan secara substansial meningkatkan peluang mereka sendiri untuk mati di bulan berikutnya, efek dari herd immunity ini juga akan membahayakan keluarga dan teman-teman mereka. (*)
#berantasstunting #hadapicorona