Find Us On Social Media :

Seorang Psikiater Ajarkan Kenali Gejala 'Palsu' Covid-19 Akibat Ketakutan Berlebihan

Membaca berita-berita tentang Covid-19 di media terkadang menimbulkan ketakutan berlebihan sehingga muncul gejala psikosomatis khawatir tertular penyakit ini.

GridHEALTH.id – Tidak dapat disangkal bahwa membaca berita-berita mengenai Covid-19 bagi sebagian orang menimbulkan kecemasan tersendiri.

Ini terlihat kalau tubuhnya sedikit merasa tidak enak, langsung pikirannya mengarah kepada penyakit yang belum ada obatnya ini.

Gangguan psikosomatik ini bisa terjadi pada orang yang sehat kemudian menjadi merasakan seperti sakit, atau orang yang sakit ringan.

Tidak hanya orang sehat, setiap individu yang sudah memiliki gangguan kesehatan bawaan seperti hipertensi dan diabetes pun bisa mengalami gejala psikosomatik dan mempengaruhi kesehatannya.

"Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada, bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol, yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol," kata dokter Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi .

Ia menyebutkan, gejala mirip Covid-19 yang berasal dari kecemasan seseorang bisa hilang dengan sendirinya jika orang tersebut menenangkan diri dan merelaksasi tubuh.

Baca Juga: Bangga, Ada Orang Indonesia Jadi Pakar PCR Covid-19 di Inggris

Baca Juga: Duplikasi Virus Makin Mengganas, WHO Syaratkan Masker Kain Harus 3 Lapis

Dokter Rudi Putranto adalah dokter dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

"Bagaimana cara kita membedakan, kalau ini reaksi tubuh dan kita dapat menyadari itu, istirahat sebentar dan relaksasi maka reaksi tersebut bisa hilang," kata dr Rudi Putranto, Sp.PD(K)-Psi dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta yang dipantau melalui kanal YouTube, Minggu (21/6/2020)

Rudi menyebut bahwa gejala psikosomatis adalah perubahan psikologis seseorang yang akan mempengaruhi kondisi fisik bila tubuh tidak bisa beradaptasi.

 

Gangguan psikosomatik akibat Covid-19 bisa terjadi apabila seseorang terlalu banyak menerima informasi negatif dan menjadi cemas berlebihan.

Pada waktu kita mendapat informasi maka otak kita akan mengolah informasi tersebut. Informasi itu akan menstimulasi hormon stres dan hormon yang lain dan akan merangsang ke organ tubuh," kata dia.

Hormon stres kemudian bisa merangsang organ tubuh lain seperti jantung yang berdetak lebih cepat, paru-paru yang menjadi sesak, perut yang sakit, cepat lelah, merasakan demam padahal suhu tubuh normal, hingga membuat daya tahan tubuh menurun yang menyebabkan lebih mudah terserang penyakit.

Rudi menyarankan masyarakat agar membatasi informasi mengenai Covid-19 sehari hanya dua kali atau tidak lebih dari 30 menit.

Baca Juga: Tenaga Kesehatan Terus Melayani Pasien Covid-19 Tanpa Lelah, Butuh Akomodasi dan Transportasi yang Nyaman

Baca Juga: Gemar Minum Kopi Benarkah Membahayakan Ginjal, Ini Faktanya

Selain itu juga hanya dapatkan info resmi dari sumber terpercaya agar membantu memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.

Dengan memahami situasi yang ada, masyarakat bisa melakukan hal-hal pencegahan untuk menghindari penularan.

Baca Juga: Makanan Keasinan, Begini Cara Mengurangi Kelebihan Garam dalam Makanan

Baca Juga: Studi : Semakin Besar Kemaluan, Pria Makin Malas Pakai Kontrasepsi

Di samping itu juga lakukan hobi atau kegiatan yang disukai, atau mendengarkan musik yang menenangkan untuk memperbaiki kesehatan mental. (*)

#berantasstunting #hadapiviruscorona

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Dokter Konsulen Psikosomatik Ungkap Cara Mengetahui Gejala Palsu Covid-19, Istirahat dan Relaksasi, https://wartakota.tribunnews.com/2020/06/21/dokter-konsulen-psikosomatikungkap-cara-mengetahui-gejala-palsu-covid-19-istirahat-dan-relaksasi?page=2.