Find Us On Social Media :

Belum Selesai Covid-19, Penyakit 'Maut Hitam' Kembali Ditemukan di Cina, Penampakannya Mengejutkan

Suasana di pedesaan Mongolia yang terancam wabah Maut Hitam

GridHEALTH.id - Entah 'dosa' apa yang membayangi negara tirai bambu sehingga bertubi-tubi didera aneka penyakit. 

Belum reda Covid-19 dan flu babi, kini muncul penyakit yang diduga wabah pes, penyakit yang menyebabkan pandemi Maut Hitam atau Black Death, hari Minggu (05/07/20) di wilayah Cina Mongolia. Pihak berwenang di wilayah itu langsung berada dalam siaga tinggi untuk mengantisipasi meluasnya penyakit ini.

Menurut kantor berita Xinhua, kasus itu ditemukan di kota Bayannur, yang terletak di barat laut Beijing. Sebuah rumah sakit melaporkan hal itu kepada otoritas kota tentang kasus pasien yang masuk pada hari Sabtu (06/07/20)

Pemerintah setempat langsung mengeluarkan peringatan Level 3 seluruh kota untuk pencegahan wabah. Peringatan itu akan tetap diberlakukan sampai akhir tahun, menurut Xinhua. 

Wabah pes disebabkan oleh bakteri dan ditularkan melalui gigitan kutu dan hewan yang terinfeksi.

Itu adalah salah satu infeksi bakteri paling mematikan dalam sejarah manusia. Maut Hitam di abad pertengahan telah menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa. 

Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Kalung dari Kementan dan Shut Out dari Jepang

Baca Juga: Beda Pendapat dengan WHO, 239 Ilmuwan Yakin Virus Corona Menyebar di Udara

Wabah pes menyebabkan kelenjar getah bening yang membengkak, serta demam, kedinginan, dan batuk. 

Otoritas kesehatan Bayannur segera mendesak semua orang untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra untuk meminimalkan risiko penularan dari manusia ke manusia, dan meminta warga  menghindari perburuan atau makan hewan yang dapat menyebabkan infeksi.

“Saat ini, ada risiko epidemi wabah manusia menyebar di kota ini. Masyarakat harus meningkatkan kesadaran dan kemampuan perlindungan diri, dan segera melaporkan kondisi kesehatan abnormal,” kata otoritas kesehatan setempat, menurut surat kabar yang dikelola pemerintah, China Daily. 

Otoritas Bayannur memperingatkan publik untuk melaporkan temuan marmut yang mati atau sakit, sejenis tupai tanah besar yang dimakan di beberapa bagian Cina dan negara tetangga Mongolia, dan yang secara historis menyebabkan wabah di wilayah tersebut.

Marmut diyakini telah menyebabkan epidemi wabah pneumonia pada tahun 1911 yang menewaskan sekitar 63.000 orang di timur laut Cina.

 

Hewan itu diburu karena bulunya, yang melonjak dalam popularitas di kalangan pedagang internasional.

Baca Juga: Viral Air Kemasan Mengandung Zat Besi, Memang Bisa? Ini Kata BPOM

Baca Juga: Derita Tifus Abdominales Saat Hamil, Apa Dampaknya Bagi Ibu dan Janin?

Produk bulu dari marmut-marmut yang sakit diperdagangkan dan diangkut di seluruh negeri dan itulah yag mengakibatkan ribuan orang terinfeksi.

Baru minggu lalu, dua kasus wabah pes dikonfirmasi di Mongolia. Korbannya adalah dua saudara yang sama-sama makan daging marmut, menurut Xinhua.

Mei lalu, sepasang suami istri di Mongolia meninggal karena wabah pes setelah memakan ginjal mentah marmut, yang dianggap sebagai obat tradisional.

Baca Juga: Studi: Penyakit Autoimun Multiple Sclerosis Ternyata Bisa Diprediksi Sebelumnya 

Baca Juga: Alasan Ilmiah Mengapa Kecanduan Gula dan Bagaimana Cara Mengendalikan

Dua orang lagi terkena wabah pneumonia,  bentuk lain dari penyakit ini, yang menginfeksi paru-paru, beberapa bulan kemudian di seberang perbatasan di Mongolia Dalam. (*)

#hadapicorona #berantasstunting