GridHEALTH.id - Tidur memiliki peranan penting dalam tumbuh-kembang bayi, karena pada saat tidur terjadi proses perbaikan sel otak dan pengeluaran hormon pertumbuhan. Oleh karena itu, kualitas dari tidur bayi harus dijaga.
Bayi tidur susah otomatis akan terganggu pertumbuhan tinggi badannya. Selain itu, gangguan tidur pada anak juga dapat mempengaruhi sistem imunitas, perkembangan fungsi hormon, metabolisme tubuh, sistem jantung dan pembuluh darah, serta proses belajar dan daya ingat. Kualitas tidur anak berpengaruh terhadap memori dan daya tangkap anak saat belajar.
Pola tidur bayi berbeda sesuai umur sang bayi. Contohnya, total waktu tidur yang dibutuhkan oleh bayi usia 0-3 bulan mencapai 16-20 jam dalam sehari.
Untuk anak yang berumur 2-12 bulan, waktu tidur yang diperlukan sekitar 14-15 jam/hari. Anak dengan umur 1-3 tahun memerlukan waktu tidur sekitar 12-14 jam/hari. Dan untuk anak dengan usia 3-5 tahun waktu tidur yang diperlukan sekitar 11-13 jam.
Kualitas tidur dapat diperoleh dengan memperhatikan cara tidur, lingkungan tidur, serta kenyamanan dan pola tidurnya.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa masalah bayi tidur ini ternyata tidak dapat dianggap sepele. Masalah tidur yang tidak tertangani pada bayi dan balita bisa menyebabkan masalah kesehatan mental di saat remaja.
Baca Juga: Studi: Bayi Tidur Bersama Orangtua Hingga 1 Tahun Lebih Sehat dan Cerdas
Baca Juga: Lemah Menghadapi Gorengan? Gunakan Minyak Paling Sehat Ini Untuk Menggoreng
Dilansir dari Medical Xpress, peneliti dari University of Birmingham's School of Psychology mempelajari data kuisioner dari anak-anak yang terlahir dari tahun 90-an. Penelitian terhadap 14.000 ini dimulai sejak 30 tahun yang lalu.
Diketahui bahwa anak-anak yang terbangun berkali-kali di malam hari dan memiliki pola tidur tak teratur rentan mengalami pengalaman psikotik pada saat remaja.
Anak yang tertidur lebih singkat dan lebih malam juga cenderung mengalami gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder pada saat remaja.
Pola tidur partisipan dilaporkan oleh orang tua pada saat mereka berusia 1, 18, dan 30 bulan. Hal ini kemudian dinilai lagi pada usia 3,5, 4,8, dan 5,8 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara balita usia 18 bulan yang cenderung lebih sering bangun dan tidur tak rutin dengan pengalaman psikotik pada saat remaja. Hasil ini menjadi bukti bahwa insomnia bisa berdampak pada kondisi kejiwaan.
Diketahui juga bhwa anak-anak yang tidur lebih sedikit di malam hari dan tidur lebih malam di usia 3,5 lebih rentan mengalami gangguan kepribadian ambang. Oleh karena itu, pengaturan pola tidur yang tepat pada anak perlu dilakukan.
Berdasar percobaan juga diketahui mengatasi masalah tidur bisa meminimalisasi risiko terjadinya depresi. Namun hal ini belum terukur dan dipelajari pada gejala gangguan kepribadian ambang. Maka dari itu penting bagi orangtua memerhatikan kualitas bayi tidur sejak dini.(*)
#berantasstunting #hadapicorona