GridHEALTH.id – Masalah gizi masih menjadi permasalahan pelik bangsa Indonesia.
Sampai-sampai Badan Pangan Dunia (FAO) dalam rilisnya tertanggal 21 April 2020 mengingatkan krisis pangan, dan yang menjadi cacatan, bahaya stunting di Indonesia.
Sebab angka prevalensi stunting terakhir di Indonesia menunjukan sebesar 27,67%.
Angka tersebut tentunya masih di atas yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni minimal 20%.
Walhasil, Jokowi dalam rapat terbatas mengenai evaluasi proyek strategis nasional melalui video conference, Jumat (29 Mei 2020), menyampaikan "kita memiliki agenda besar yaitu menurunkan stunting, pemberantasan TBC, malaria, demam berdarah, HIV/AIDS, dan juga berkaitan dengan gerakan hidup sehat. Yang ini harus terus kita kerjakan," paparnya.
Jokowi sudah menargetkan agar angka stunting saat ini yang berkisar 27% turun menjadi 14%.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( Menko PMK) Muhadjir Effendy, dalam rapat virtual mengenai pengentasan kemiskinan tahun 2020, Kamis (10 September 2020), menekankan angka stunting setiap tahun harus berada di bawah 680.000 agar target penurunan stunting sebesar 14 % pada 2024 dapat tercapai.
"Kalau lihat angka kelahiran kita sekitar 4,8 juta per tahun, berarti paling tidak angka stunting per tahun harus di bawah 680.000 sekian," ujar Muhadjir.Sebab, menurut Muhadjir, apabila angka stunting per tahun sudah di atas 680.000, maka target 14 % tersebut tidak akan tercapai.
Karena stunting erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan dengan gizi kurang, apa jadinya jika masih ditemukannya anak-anak Indonesi dengan gizi kurang. Tentu menekan angka stunting semakin sulit.