Find Us On Social Media :

Aliansi Dokter Dunia Klaim Covid-19 Tidak Ada, Ini Cara Satgas Covid-19 Menangkal Berita Hoaks Tersebut

Penyebaran virus corona penyebab Covid-19 ke seluruh dunia benar adanya dan menimbulkan kematian dengan jumlah yang banyak.

GridHEALTH.id - Sebuah video baru-baru ini viral dimana sekelompok orang mengatasnamakan 'aliansi dokter dunia' mengklaim Covid-19 tidak nyata. Dikatakan, video tersebut dibuat pada 10 Oktober lalu.

Dalam video berdurasi 30 menit, tujuh dokter yang mewakili Jerman, Belanda, Swedia, Irlandia, dan Inggris itu mengeklaim bahwa virus corona SARS-CoV-2 adalah virus flu biasa dan tidak ada pandemi Covid-19.

"Kami adalah dokter, ilmuwan, dan aktivis perdamaian dan kami semua mengatakan peristiwa Covid-19 ini tidaklah benar," jelas Heiko Schoning, salah seorang yang berbicara dalam video viral tersebut, yang mengaku seorang dokter medis dari Jerman.

"Kenyataannya adalah bahwa itu tidak lebih jahat dari musim flu yang buruk," jelas dokter lain yang ada pada video tersebut.

Dalam video tersebut, beberapa dokter juga meyakini fakta yang diungkap selama ini terkait data kapasitas rumah sakit, hasil tes Covid-19 hanyalah dibuat-buat. Mereka mengklaim seluruh kejadian terkait Covid-19 tidak benar.

Mereka pun mengatakan, lockdown di seluruh dunia yang bertujuan untuk mencegah penyebaran virus corona harus diakhiri.

Baca Juga: Studi: Virus Corona Penyebab Covid-19 Bisa Timbulkan Diabetes

Baca Juga: Mengenal Penyakit Endometriosis, 'Musuh' Perempuan saat Haid

Di situs web mereka, aliansi tersebut digambarkan dideskripsikan sebagai kelompok profesional kesehatan nirlaba independen yang bersatu untuk mengakhiri lockdown.

"Saya ingin menyatakan bahwa tidak ada pandemi atau epidemi medis," kata Elke de Klerk yang mengidentifikasi dirinya sebagai dokter umum dari Belanda dalam video tersebut.

Video ini telah dihapus dari YouTube dan sebagian dari videonya beredar di Facebook dan platform sosial media lain seperti Instagram. Salah satunya dibagikan oleh akun Instagram @frankysadikin.

 

Juru Bicara Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito angkat bicara menanggapi video ini. Prof Wiku menegaskan pernyataan dalam video tersebut tidak benar.

"Konten pada video yang disebarkan oleh kelompok Aliansi Dokter Dunia dalam dunia akademis termasuk ke dalam misinformasi," tegasnya seperti dikutip dari Kompas. com (26/10/2020).

Baca Juga: Bersepeda Meningkat di Masa Pandemi Covid-19, Ternyata Ini Manfaatnya

Baca Juga: Kulit Kering Xerosis Sering Menyerang Penderita Diabetes, Atasi Dengan Cara Ini

Mari kita lihat faktanya tentang Covid-19 yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah dinyatakan sebagai pandemi global ini;

1. Covid-19 dikatakan sama dengan flu, faktanya jelas berbeda dari flu

Para ilmuwan secara umum menyatakan penyebab pandemi saat ini adalah virus corona baru SARS-CoV-2. Ini bukan jenis virus influenza.

Covid-19 lebih mematikan dari flu musiman. Sejauh ini Covid-19 telah membunuh lebih banyak orang dibanding lima flu musiman jika korbannya digabungkan.

WHO menetapkan status Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Dilansir AP News, Jumat (23/10/2020), Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menerangkan alasan Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global, yakni tingkat penyebaran penyakit dan dampaknya yang sangat mengkhawatirkan.

Menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins, hingga Senin (26/10/2020) siang, ada lebih dari 43 juta kasus Covid-19 dengan angka kematian lebih dari 1,1 juta secara global.

Virus corona dan flu mungkin memiliki gejala yang serupa, tetapi keduanya adalah virus yang berbeda. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Covid-19 menyebar lebih mudah daripada flu dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Tidak ada vaksin untuk mencegah virus corona, tetapi ada satu untuk influenza.

2. Klaim tes PCR Dalam video yang viral itu, De Klerk mengatakan bahwa 89 hingga 94 % hasil tes PCR adalah positif palsu. "Dokter harus berhenti menggunakan tes itu," kata De Klerk dalam videonya.

Faktanya, banyak ahli medis sangat kritis terhadap tes PCR karena sensitivitas tes tersebut. Alat uji reaksi berantai polimerase dapat menentukan materi genetik virus. Peneliti pun mengandalkan peralatan laboratorium dan bahan kimia khusus dalam prosesnya.

Baca Juga: Hati-hati, Ternyata Orang Kurus Bisa Kena Diabetes, Ini Gejalanya

Baca Juga: Studi: Ibu Hamil Terinfeksi Virus Corona Berpotensi Alami Pneumonia

Michael Joseph Mina, seorang dokter dan profesor epidemiologi di sekolah kesehatan masyarakat Harvard, mengatakan tidak benar bahwa sebagian besar tes PCR virus corona adalah positif palsu dan tidak menguji virus.

"Banyak yang bisa menjadi positif terlambat yang berarti RNA masih ada, tetapi virus yang layak telah dibersihkan,” katanya melalui e-mai kepada AFP (26/10/2020).

“Jadi orang-orang ini mungkin sudah tidak menular lagi, tetapi hasilnya akurat. PCR dapat menemukan RNA SARS-CoV-2."

Mina menambahkan, dibutuhkan lebih banyak pengujian, bukan lebih sedikit.

Prof Wiku Adisasmito menambahkan, bahayanya, narasi yang disebar dalam video tersebut bisa menimbulkan makna keliru pada publik terkait pandemi.

Menurutnya, hal ini disebabkan karena virus memang tak kasat mata. Kehadirannya baru dapat dirasakan saat mikroorganisme khususnya yang bersifat patogen tersebut dapat menimbulkan manifestasi gejala penyakit pada makhluk hidup.

Prof Wiku menekankan, masyarakat harus mampu memilah mana informasi yang benar. Sumber informasi terpercaya antara lain seperti WHO, PBB, dan CDC.

Baca Juga: Nyeri Punggung Ganggu Aktivitas, Ini Tips Untuk Mengatasinya

Baca Juga: Studi: Pasien Covid-19 Dengan Stres Berisiko Lebih Cepat Meninggal

Sedangkan untuk Indonesia, bisa bersumber dari Kementerian Kesehatan dan Satgas Covid-19. (*)

#berantasstunting #hadapicorona