Find Us On Social Media :

Sapi Kurban Mengamuk Sebelum Disembelih, Dokter Hewan Ungkap Alasannya

Sapi mengamuk sebelum disembelih di Cirebon, dua jagal terluka.

GridHEALTH.id - Beberapa tempat di Indonesia masih mengadakan penyembelihan hewan kurban hingga hari ini, karena masih dalam rangka menyambut Idul Adha.

Namun di sisi lain ada berita menarik seputar perayaan Idul Adha ini, yaitu beberapa ekor sapi yang hendak disembelih mendadak mengamuk, bahkan ada yang melukai petugas penyembelihan dengan 'tendangan maut' nya.

Misalnya, seekor sapi lepas dan mengamuk saat akan disembelih pada perayaan Hari Raya Idul Adha di Kelurahan Tano Bato, Panyabungan Selatan, Mandailing Natal , Minggu (10/07/2022).

Seorang ibu bahkan menjadi korban dan sempat terinjak sapi yang mengamuk hingga mengalami luka.

Diduga lantaran stres melihat sapi di sebelahnya baru disembelih, seekor sapi langsung berontak hingga terlepas dan langsung kabur dari lokasi penyembelihan hewan kurban. Aksi sapi mengamuk itu pun sempat direkam warga menggunakan ponsel dan viral di media sosial.

Ada juga sapi yang berpura-pura mati ketika hendak disembelih. Bahkan ada yang mengeluarkan air mata seperti orang menangis.

Mengapa sapi bisa berperilaku demikian? Penjelasan dokter hewan Dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB drh Supratikno menjelaskan, hewan kurban yang memberontak rata-rata karena mengalami stres.

"Perilaku sapi atau hewan kurban itu dipengaruhi oleh breed atau bangsa hewan, sistem pemeliharaan, serta interaksi hewan dengan manusia," kata Supratikno kepada Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Menurut Supratikno, sapi Bos taurus atau keturunan sapi Eropa seperti Limosin, Simental, Holstein, dan lain-lain umumnya lebih tenang atau kalem.

Baca Juga: Habis Makan Daging Kambing Tak Perlu Khawatir, Ini 11 Makanan Penurun Kolesterol

Baca Juga: Ini Jenis Vaksin yang Membutuhkan Booster Agar Perlindungan Terhadap Infeksi Virus Corona Terjaga

Sementara itu, sapi Bos indicus seperti Ongol, peranakan Ongol, Brahman, Bali, Madura, dan sapi-sapi Asia lainnya umumnya lebih temperamental.

"Sapi yang dipelihara ekstensif juga lebih penakut dan mudah stress dibandingkan dengan sapi yang dipelihara di dalam kandang," kata dia.

Supratikno menjelaskan, sapi yang pernah mendapatkan perlakuan kasar juga lebih mudah stress dibandingkan sapi yang ditangani dengan baik.

“Karena biasanya diperlakukan dengan tidak baik. Banyak sapi kurban yang dipukul, dikurung, diikat dengan tali yang pendek,dan ditakut-takuti yang jelas dia stress kalau penangannya kasar. Biasanya seperti itu,” ungkapnya.

Jadi kata Supratikno, reaksi sapi akan dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Suasana tempat pemotongan yang ramai, banyak orang, tentu akan membuat sapi menjadi stress dan akhirnya mengamuk.

Supratikno  mencontohkan, di suatu daerah, ada polisi yang mencoba memegang sapi, kemudian sapi mengamuk.

Sapi berperilaku demikian karena baginya polisi itu adalah orang asing. "Lha ya iya itu sapi kan habis tertekan di kendaraan. Terus pak polisinya itu kan orang asing bagi si sapi. Ya dia merasa terganggu," kata Supratikno.

Oleh karena itu, menurut Supratikno, penting memperlakukan hewan dengan baik. Sebaiknya tidak menjadikan sapi sebagai tontonan dan hanya orang yang berkepentingan saja yang ada di lokasi saat penyembelihan.

Hal itu untuk berjaga-jaga karena masyarakat tidak tahu akan seperti apa perilaku sapi merespons situasi yang dihadapinya.

Baca Juga: Akibat Residu Pestisida di Atas Ambang Batas, Mi Instan Cup Produksi Indonesia Ditolak di Taiwan, Ini Bahaya Pestisida dalam Makanan

Baca Juga: Healthy Move, Aneka Latihan Terbaik Untuk Mengatasi Nyeri Panggul

Dia mengatakan, pada sapi yang sudah terbiasa dengan manusia, bisa jadi tidak akan terjadi sesuatu atau tidak terganggu.

Akan tetapi, respons berbeda bisa diberikan oleh sapi liar atau umbaran atau ekstensif. Apalagi, sapi pesisiran yang masih keturunan banteng, maka bisa jadi sapi itu mengamuk karena stress.

Mengenai adanya sapi yang terlihat seperti menangis, Supratikno menjelaskan, sapi adalah hewan sentien. Artinya, sapi bisa merasakan penderitaan baik secara fisik maupun mental.

"Dia juga punya kelenjar airmata. Jadi sapi menangis bisa banyak faktor. Bisa karena dia menderita, atau juga bisa karena matanya teriritasi sehingga mengeluarkan air mata," ujar dia.

Tangisan itu tidak berbahaya. Hal yang perlu dilakukan yaitu membuat suasana tenang, lalu penuhi kebutuhan hidupnya, dan jangan disiksa.

Baca Juga: MUI Fatwakan Vaksin Covid-19 CanSino Haram, Mengandung Embrio Janin Bayi

Baca Juga: Tidak Disarankan Dokter, Diet Ketogenik Tidak Sesehat yang Dikira

Baca Juga: Diabetes Meningkatkan Risiko Perlemakan Hati, Ini Cara Mencegahnya

Namun, jika ada kotoran di kelopak matanya, maka perlu tindakan medis. Perlu dilaporkan pada Dinas Kesehatan Hewan setempat.

Lalu, bagaimana dengan sapi yang pura-pura mati saat akan disembelih? Menurut Supratikno, ada dua penyebab hewan berpura-pura mati. Pertama, karena stress berlebihan sehingga mengganggu pompa ion natrium dan kalium di dalam sel ototnya.

"Hal itu menyebabkan kekejangan atau kekakuan otot atau lebih sering dikenal dengan istilah freeze atau membatu," kata Supratikno. Kedua, lanjut dia, perilaku itu merupakan strategi untuk mengelabui pemangsa.  (*)