Find Us On Social Media :

Kulit Kering Jadi Gangguan yang Sering Dialami Lansia, Begini Cara Menanganinya

Lansia berpotensi mengalami kulit kering yang dapat berpengaruh pada kualitas hidupnya.

GridHEALTH.id -Xerosis (kulit kering) yang kerap terjadi pada usia lanjut / lansia, jika tidak ditangani dengan tepat, akan menurunkan kualitas hidup mereka.

Kulit kering pada lansia memang sering diabaikan karena dianggap sebagai hal wajar sehingga tidak perlu berkonsultasi dengan dokter.

Padahal, kulit kering bisa menjadi awal penyakit yang lebih berbahaya, atau bahkan menjadi tanda bahwa seseorang memiliki penyakit tertentu.

Kulit kering kerap membuat tekstur kulit menjadi kasar dan pecah-pecah, sehingga mempermudah bakteri masuk ke dalam tubuh.

Kulit kering juga bisa berujung menjadi Pruritus. Jika gatal Pruritus berlanjut lebih dari 6 minggu, maka berpotensi menjadi penyakit kronis lainnya.

Pruritus bahkan bisa mengganggu kualitas hidup seseorang, seperti mengganggu tidur danmenyebabkan kecemasan hingga depresi.

Karena itu, perlu dilakukan pengobatan sesegera mungkin ke dokter spesialis kulit dan kelamin sehingga tidak memicu penyakit lainnya.

Dokter Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia mengatakan, “Sebagai Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin yang terpercaya, Klinik Pramudia selalu berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi seluruh pasien terutama pasien lansia.

Karena kami sadar bahwa pasien lansia membutuhkan pelayanan kesehatan ekstra yang berbeda dari aspek medis dan non medis dibandingkan pasien pada umumnya.

Secara medis, keluhan kulit gatal dan kering pada pasien lansia tidak sesederhana seperti hanya diobati keluhannya saja, tetapi jauh lebih penting untuk mencari sumber penyakit yang mendasarinya,” katanya dalam memberikan sambutan saat acara virtual media briefing “Jangan Sampai Pruritus dan Kulit Kering Menurunkan Kualitas Hidup Usia Lanjut di Jakarta (03/11/2022).

Maka itu dokter Anthony meminta supaya jangan meremehkan bila lansia di rumah terlihat kulitnya kering dan mengeluh gatal karena dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup mereka. \

"Perlu ada diagnosis serta tatalaksana yang tepat dan benar dari dokter spesialis kulit dan kelamin. Menjadi sebuah kebanggaan bagi Klinik Pramudia jika kami bisa memperbaiki kualitas hidup para lansia, khususnya lewat tatalaksana bagi pruritus dan xerosis” tambahnya.

Baca Juga: Tips dan Trik Merawat Tumit Pecah-pecah, Kembali Mulus dalam Waktu Singkat

Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional, Mengenal Obat Penawar Gagal Ginjal Akut

Dalam kesempatan yang sama, dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis Dermatologi danVenereologi Klinik Pramudia ikut memberikan pendapat.

“Xerosis (kulit kering) dapat terjadi pada wanita maupun pria, dan lansia memiliki risiko yang lebih tinggi. Kulit kering merupakan suatu keadaan dimana lapisan terluar kulit yang kurang lembab akibat penurunan kandungan air dan kandungan lemak di kulit.

Kulit kering ini memiliki tekstur kulit yang kasar, bersisik, pecah- pecah, dan dapat disertai dengan keluhan gatal.”

Ia menambahkan, prevalensi kulit kering di seluruh dunia sekitar 29-85%. Pada sebuahpenelitian di salah satu fasilitas kesehatan di Perancis, didapatkan bahwa sekitar 56% pasien berusia >65 tahun mengalami xerosis dan sekitar 9% menderita xerosis derajat sedang-berat.

Insiden dan keparahan kulit kering meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Penelitianoleh Selma didapatkan bahwa xerosis ini lebih banyak ditemukan pada wanita (59%) denganusia rata-rata 70 tahun.

“Pasien lansia dengan keluhan kulit kering memang belum dapat sembuh total dengan cepatdan akan bertahan dalam waktu lama, karena memang banyak faktor yang berpengaruh baikfaktor genetik, internal maupun eksternal.

Faktor internal misalnya lapisan lemak yang berkurang pada kulit lansia, dan penyakit penyerta lain seperti diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit hati, keganasan, infeksi, dan riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.

Faktor eksternal dari pengaruh lingkungan dan gaya hidup juga sangat berperan dalam timbulnya kulit kering, seperti stres, paparan sinar matahari yang lama, penggunaan air conditioner, perubahan musim dan kelembapan, kebiasaan mandi yang lama, penggunaan sabun yang bersifat iritatif, asupan cairan yang kurang,” tutur dr. Amel.

Ia kembali menambahkan, bahwa banyak masyarakat awam yang menyepelekan kulit keringdan menganggapnya hanya perlu dioleskan pelembab saja.

Padahal, pemilihan obat oles yang tidak tepat pun bisa menimbulkan iritasi. Perlu ada diagnosis yang lebih jelas dari dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mengetahui tatalaksana yang paling tepat untuk menyembuhkan kulit kering.

“Tatalaksana kulit kering dibagi jadi dua yaitu medikamentosa dan non-medikamentosa.Secara medikamentosa, dokter bisa memberikan obat minum untuk mengurangi gatal danperadangan yang timbul, antibiotik bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi, dan obat olesuntuk membantu mengatasi kekeringan pada kulit.

Dokter pun akan merujuk ke spesialis tertentu jika memiliki penyakit penyerta. Penatalaksanaan secara non-medikamentosa juga tidak kalah pentingnya, diantaranya dengan memastikan asupan cairan yang cukup, mandi jangan terlalu lama dan terlalu sering, dengan air hangat suam kuku dan sabun yang lembut,” jelasnya.

Baca Juga: Harapan Hidup Setelah Serangan Stroke, Berapa Lama? Ini Kata Pakar

Baca Juga: Healthy Move, Mencegah Nyeri Lutut Saat Olahraga Naik Gunung

Kulit yang sangat kering dapat menyebabkan retakan/pecahan yang dalam, yang dapatterbuka dan berdarah, memberikan jalan bagi bakteri untuk masuk dan menyerang tubuh.

Selain itu, tambahnya, kulit kering ini juga merupakan penyebab utama terjadinya kulit gatal(pruritus). Maka, penggunaan obat-obatan yang dijual bebas malah berpotensi membuatkeluhan semakin parah dan berisiko menimbulkan infeksi akibat keinginan untuk menggaruk. (*)