Find Us On Social Media :

Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa, Ketahui Penanganan yang Tepat Agar Tidak Semakin Parah

Migrain ternyata bukan sekadar nyeri kepala biasa

GridHEALTH.id – Saat mengalami migrain, banyak orang yang menganggapnya sebagai sakit kepala biasa.

Faktanya, migrain sebenarnya jauh lebih kompleks dari sekadar nyeri pada kepala, lo.

Karena berbeda dengan nyeri kepala, maka penanganannya pun tidak boleh sembarangan.

Lantas, apa perbedaan di antara keduanya? Dan, bagaimana cara mengatasinya? Berikut ini penjelasan selengkapnya.

Migrain bukan nyeri kepala biasa

Dalam webinarBulan Kesadaran Migrain dan Nyeri Kepala: Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa” yang diselenggarakan oleh Persatuan Dokter Neurologi Indonesia (PERDOSNI) dan Kemenkes RI, didukung oleh Pfizer Indonesia, Kamis (13/6/2024), Dr. dr. Restu Susanti, Sp.N, Subsp.NN(K), M.Biomed dari PERDOSNI menjelaskan definisi migrain beserta gejalanya.

“Migrain merupakan nyeri kepala intensitas berat, dan gejalanya biasanya berupa nyeri kepala berdenyut pada satu atau dua sisi kepala, disertai mual muntah, mengganggu aktivitas, dan dapat disertai sensitivitas terhadap cahaya maupun suara bising.” ujar Dr. dr. Restu Susanti, Sp.N, Subsp.NN(K), M.Biomed dari PERDOSNI.

Sementara itu, dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K), ahli neurologi PERDOSNI menyebutkan bahwa migrain adalah kelainan neurologis yang tidak hanya menyebabkan sakit kepala, tetapi seringkali juga merupakan kumpulan gejala yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi tubuh dan otak, dan faktor genetik yang merupakan penyebab separuh dari semua migrain. 

Adapun temuan Laporan Survei Profil Penyakit Migrain yang dilakukan oleh IQVIA pada bulan Desember 2023 di antaranya sebagai berikut:

- 67% responden mengalami migrain berturut-turut antara 6 bulan hingga 1 tahun

- 50% penderita mengalami frekuensi terkena migrain 1-4 kali setiap bulan migrain

- 57% penderita mengonsumsi obat pusing biasa

Baca Juga: Cara Mengatasi Migrain dengan Olahraga, Ini Jenis-jenis yang Efektif dan Aman Dilakukan

- Rata-rata tingkat “kesakitan” mencapai 8.2 [dari 0 (tidak sakit) s/d 10 (sangat sakit)

- Rata-rata sebanyak 4.5x setiap bulannya terserang migrain dan mayoritas mengalami migrain “episodik”

Jenis-jenis migrain

Lebih lanjut, dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K) menjelaskan terdapat beberapa jenis migrain.

Pertama, migrain dengan aura berupa sensasi kilatan cahaya pada salah satu lapangan pandang sebelum serangan nyeri, dan yang paling banyak adalah migrain tanpa aura.

Berdasarkan perjalanan waktunya, migrain dapat dibagi menjadi beberapa jenis.

Migrain episodik jika nyeri kepala terjadi <15 hari dalam sebulan, sedangkan migrain kronis jika nyeri kepala >15 hari dalam sebulan dan sudah terjadi selama setidaknya 3 bulan.

“Saat terkena migrain, pasien seringkali disertai  mual, muntah, dan kepekaan ekstrem terhadap cahaya dan suara, yang bisa berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat melemahkan dan menyakitkan.” jelas dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K)

Migrain akibat penggunaan obat yang berlebihan disebabkan oleh penggunaan obat yang kronis dan berlebihan untuk mengobati sakit kepala, sebagai gangguan sakit kepala sekunder yang paling umum.

Tipe ini lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. 

Tahapan migrain

dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K) pun menguraikan bahwa gejala migrain dengan aura dapat berkembang melalui empat tahap yaitu prodromal, aura, serangan, dan pasca-dromal.

Namun, tidak semua orang yang menderita migrain melewati semua tahapan tersebut.

Baca Juga: 5 Solusi Atasi Migrain yang Kambuh di Kantor, Bisa Kembali Produktif

Pada migrain klasik/migrain dengan aura dapat terjadi 4 tahapan sebagai berikut:

1. Prodromal

Prodromal terjadi satu atau dua hari sebelum migrain, dimana perubahan halus akan datangnya migrain dapat dirasakan, termasuk sembelit, perubahan suasana hati, dari depresi hingga euforia, mengidam makanan, leher kaku, peningkatan buang air kecil, retensi cairan, hingga sering menguap.

2. Aura

Aura atau kunang-kunang muncul sebelum atau selama migrain, bersifat visual tetapi dapat juga mencakup gangguan lain.

Setiap gejala biasanya dimulai secara bertahap, berkembang selama beberapa menit dan dapat berlangsung hingga 60 menit.

3. Serangan migrain

Serangan migrain dapat berlangsung 4 hingga 72 jam jika tidak diobati, dan kejadian pada setiap orang dapat beragam. Seseorang dapat terkena serangan migrain beberapa kali dalam sebulan.

4. Post-dromal

Post-dromal terjadi setelah serangan migrain, dimana pasien merasa lelah, bingung, dan tidak berdaya hingga seharian.

Gerakan kepala yang tiba-tiba juga dapat menimbulkan rasa sakit lagi untuk sementara. Sementara, migrain tanpa aura adalah nyeri kepala dengan gambaran di atas tanpa disertai adanya aura.

dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K) mengingatkan, “Jika mempunyai riwayat sakit kepala, atau jika pola sakit kepala berubah atau sakit kepala terasa berbeda, atau sering mengalami tanda dan gejala migrain, catat serangan yang dialami dan cara Anda menanganinya, segera konsultasi dengan dokter, untuk menyingkirkan adanya masalah medis yang lebih serius serta untuk mendapatkan penanganan yang tepat berdasarkan tipe nyeri kepalanya”.

Melihat masih banyaknya orang yang keliru akan migrain, Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), didukung oleh Pfizer Indonesia, mengadakan rangkaian kegiatan sesi  edukatif yang berlangsung dari 13 Juni hingga 3 Juli 2024 mendatang guna mengingatkan masyarakat untuk mengatasi penyakit migrain secara serius.

Acara ini juga sekaligus memperingati Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala yang jatuh pada bulan Juni.

Baca Juga: Ampuh Atasi Rasa Tak Nyaman, Inilah Titik Pijat yang Efektif untuk Menghilangkan Migrain

Dalam webinar, dr. Tiersa Vera Junita M.Epid – Ketua Tim Kerja Gangguan Otak, Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, mengatakan, “Dalam rangka peringatan ‘Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala’, kami mendukung penuh upaya PERDOSNI untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penanganan  penyakit migrain yang tepat.

Melalui acara webinar edukasi ini, kami berharap masyarakat mendapat pemahaman akan pentingnya mengatasi gejala penyakit migrain sedini mungkin dan selalu berkonsultasi dengan dokter, mengingat migrain adalah penyakit yang dapat memengaruhi kualitas hidup, dan dapat berkembang kronis sehingga mempengaruhi performa harian seseorang.” ujar dr. Tiersa Vera Junita M.Epid.

“Secara global, migrain termasuk salah satu masalah kesehatan yang paling banyak dikaitkan dengan disabilitas pada usia produktif. Migrain yang tidak tertangani dengan baik dapat berkembang menyebabkan masalah kesehatan mental, dan penggunaan obat yang berlebih, yang membuatnya semakin sulit untuk ditangani”. sambungnya.

Lebih lanjut, Ketua PERDOSNI Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH juga menjelaskan, “Melalui sosialisasi migrain pada Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala, PERDOSNI berharap masyarakat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang migrain, berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, serta memberi dukungan dan empati terhadap penderita migrain sebagai bagian dari kepedulian sosial dan komunitas.” 

Dalam webinar “Bulan Kesadaran Migrain dan Nyeri Kepala: Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa”, seorang ‘Pejuang Migrain’, Muhammad Ainul Fahmi dari Surabaya mengatakan bahwa penting untuk memahami migrain.

Fahmi menyarankan untuk melakukan beberapa perawatan seperti kompres panas atau dingin untuk mengurangi ketegangan, beristirahat di tempat yang tenang, melakukan pijatan lembut pada kepala yang terasa sakit, menambah konsumsi air minum, tidur yang cukup, menjaga pola makan yang sehat, olahraga aerobik untuk meregangkan otot yang tegang, dan jangan lupa selalu konsultasi dengan dokter. 

Untuk menurunkan atau menghindari serangan migrain, Fahmi berolahraga secara teratur, termasuk latihan aerobik seperti jalan kaki, jogging, atau bersepeda; mengelola stres baik melalui terapi atau melakukan relaksasi; membuat jadwal kegiatan dan kebiasaan yang teratur termasuk waktu makan dan waktu tidur; serta mengupayakan keseimbangan hidup dengan pilihan gaya hidup sehat.

Senior Manager Global Policy and Public Affairs Pfizer Indonesia, Khoirul Amin turut menyampaikan, “Pfizer berharap dengan adanya seminar edukatif ini, masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian mengenai migrain, tidak hanya bagi penderita migrain, tetapi juga keluarga, sahabat, dan rekan kerja”.

Ketua PERDOSNI, Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.N. Subsp.NIOO(K), MH menutup seminar dengan harapan pemahaman masyarakat tentang migrain meningkat, melakukan deteksi dini dengan berkonsultasi dengan dokter untuk perawatan yang tepat, serta terbentuknya “Komunitas Peduli Migrain” sebagai empati dan kepedulian terhadap para pejuang migrain.

Nah, itu dia penjelasan mengenai migrain, jenis, tahapan, beserta cara menghindarinya.

Jangan lagi keliru, ya! (*)

Baca Juga: Pengobatan Alternatif Atasi Migrain Tanpa Obat, Bisa Coba Pijat Titik Ini!