GridHEALTH.id.- Berbagai studi dan pendapat banyak ahli kesehatan mengatakan, tubuh boleh gemuk/besar, tapi perut harus rata.
Ternyata perut buncit selain tak enak dilihat, kondisi perut penuh lemak bisa menjadi akar dari segala masalah kesehatan.
Baca Juga : Empat Cara Mengecilkan Perut, Dijamin Lingkar Pinggang Berkurang
Perlu diketahui, di dalam tubuh terdapat 2 jenis lemak, yakni lemak viseral (dalam rongga perut) dan lemak subkutan (berada di balik kulit).
Seseorang bisa memiliki perut buncit karena terjadi tumpukan jenis lemak viseral yang berlebihan.
Lemak di dalam perut berbeda dengan jenis lemak lainnya yang ada dalam tubuh.
Sebabnya karena lemak perut mengandung banyak racun yang berpotensi tinggi menyebabkan banyak gangguan kesehatandi tubuh.
Lemak ini membungkus organ-organ di dalam rongga perut seperti pankreas, hati, dan usus. Menumpuknya lemak viseral ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor.
Baca Juga : Cara Masak Bayam Agar Tetap Renyah dan Kandungan Gizi Tak Hilang
Mulai berat badan yang berlebih, kurang gerak, kurang tidur, mengalami stres, kebiasaan makan yang buruk terutama sering makan makanan tinggi gula dan lemak trans, kondisi genetik, dan kondisi penuaan.
Bahayanya, lemak ini berbeda dengan lemak subkutan di balik kulit. Lemak viseral dapat memengaruhi fungsi hormon dalam tubuh.
Itu mengapa, lemak viseral ini memiliki dampak yang lebih berbahaya bagi kesehatan.
Baca Juga : Mandi Air Hangat Bantu Turunkan Kolesterol dan Kadar Gula Darah
Dilansir dari laman American Cancer Society, perut buncit penuh lemak bisa merusak kesehatan jantung, mengganggu sistem pencernaan, dan menyakiti tulang belakang.
Selain gangguan tersebut, berikut adalah beberapa penyakit mengerikan yang bisa menyerang kesehatan mereka yang berperut buncit.
Perut buncit dapat diukur dari lingkar pinggang. Kalau lingkar pinggang sudah lebih dari 88 cm bagi perempuan, dan 102 cm bagi laki-laki, maka perlu berhati-hati.
Semakin tingginya lemak viseral dalam perut atau semakin besar lingkar pinggang, maka risiko mengalami berbagai penyakit kronis meningkat, seperti:
Baca Juga : Tips dan Trik Turunkan Berat Badan Untuk yang Malas Bergerak
1. Serangan jantung, penyakit jantung, dan stroke
Lemak viseral ternyata bisa memicu terjadinya peradangan sehingga berisiko menimbulkan penyakit jantung.
Dilansir dalam laman Web MD, Samuel Dagogo-Jack, MD, presiden American Diabetes Association mengatakan, lemak viseral yang membuat perut buncit adalah penghasil racun tubuh yang bekerja aktif, bukan hanya disimpan.
Di antara lemak-lemak viseral terdapat komponen kimiawi yang disebut dengan sitokin. Sitokin ini adalah zat yang meningkatkan risiko orang mengalami penyakit jantung.
Selain itu, tingginya lemak viseral juga berkaitan dengan tingginya kolesterol LDL (lemak jahat) di dalam tubuh.
Kolesterol LDL yang terlalu berlebihan dapat meningkatkan risiko terbentuknya plak di pembuluh darah. Plak ini bisa menyumbat aliran darah di pembuluh darah jantung sehingga menimbulkan gangguan pada jantung bahkan serangan jantung.
Selain itu, kolesterol LDL yang juga bisa menyumbat bagian pembuluh darah di otak, sehingga dapat menimbulkan stroke.
2. Diabetes tipe 2
Lemak di perut mampu membuat sekresi hormon dalam tubuh, salah satu hasilnya adalah diabetes.
Baca Juga : Bikin Langsing Hingga Mencegah Stroke, Ternyata Ini 8 Manfaat Kurma
Sekresi hormon ini juga mampu meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Perut buncit akibat tumpukan lemak viseral dapat menggangu kerja insulin dan akhirnya risiko diabetes tipe 2. Hal ini bisa saja terjadi meskipun kita tidak memiliki riwayat keluarga yang diabetes melitus.
Dilansir dari laman Healthline, tumpukan lemak viseral menghasilkan retinol-binding protein yang dapat meningkatkan resistensi insulin. Sehingga, orang yang buncit memiliki risiko mengalami diabetes melitus yang lebih tinggi.
3. Tekanan darah tinggi
Lemak viseral juga dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat. Dilansir dalam American College of Cardiology, para peneliti menemukan bahwa keberadaan lemak viseral meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi lebih besar 22% dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki lemak viseral atau tidak memiliki perut buncit.
Baca Juga : Hati-hati, Ini Dia Tiga Penyebab Tak Lancar Menyusui ASI
Dalam laman American Heart Association dijelaskan bahwa lemak viseral ini dapat meningkatkan tekanan darah dengan memengaruhi kondisi ginjal.
Lemak viseral adalah lemak yang berada di sekitar organ-organ dalam di rongga perut, termasuk di sekitar ginjal dan kelenjar adrenal.
Baca Juga : Tiga Hal Mudah Ini Akan Membantu Buang Air Besar Jadi Lancar
Kedua komponen ini adalah organ penting yang mengatur tekanan darah. Sehingga penekanan dari lemak viseral di sekitar ginjal dan kelenjar adrenal dapat memengaruhi peningkatan tekanan darah.
4. Kanker
Di antara tumpukan-tumpukan lemak viseral akan dihasilkan senyawa bernama sitokin.
Sitokin ini akan menimbulkan peradangan di dalam tubuh. Peradangan ini yang memicu berubahnya sel sehat menjadi sel kanker.
Baca Juga : Boleh Dicoba, Empat Posisi Hubungan Intim Agar Hamil Anak Kembar!
Jenis kanker yang paling sering terjadi akibat perut buncit adalah kanker payudara dan kolorektal.
Dilansir dalam laman Medical News Today, para peneliti menemukan bahwa lemak viseral juga menghasilkan zat yang bernama fibroblast growth factor-2 (FG2) lebih banyak dibandingkan dengan lemak subkutan.
Keberadaan FG2 ini akan mendorong sel-sel tubuh yang masih normal berubah menjadi sel kanker. Oleh karena itu, lemak viseral si pembuat perut buncit ini dianggap jenis lemak yang paling berbahaya.
Pastinya Moms tidak ingin penyakit-penyakit berbahaya itu menghampiri karena perut buncit, bukan?
Maka itu, mulailah menjalankan pola hidup sehat. Caranya adalah dengan mengatur pola makan dengan makanan seimbang dan bergizi.
Baca Juga : Tanda Kanker Pada Wanita, Waspada 7 Gejala Ini Sering Diabaikan
Melakukan olahraga teratur, melakukan sit-up dan latihan lain yang mengencangkan otot perut, cukup istirahat, dan menghindari stres. (*)
Source | : | American Cancer Society,American College of Cardiology,American Heart Association |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar