GridHEALTH.id - Lama tak terdengar, penyanyi dangdut Siti KDI alias Siti Rahmawati akhirnya kembali muncul dihadapan publik pecinta hiburan tanah air.
Kali ini, Ia datang memperkenalkan putri cantiknya Elif Kayla Perk, hasil pernikahannya bersama pria asal Turki, Cem Junet.
Namun, melansir tayangan video KapanLagi (11/11/2013) rupanya ada cerita sedih tentang Elif dan Indonesia.
Baca Juga: Pernah Sakit Saat Pertama Kali Datang, Anak Siti KDI Sekarang Kembali ke Indonesia Tanpa Ayahnya
Ternyata saat pergi ke Indonesia pertama kali bersama ibunya, Elif yang saat itu berumur 1,5 tahun mengalami sakit.
“Tiba di Indonesia Elif langsung flu, batuk,” papar Siti KDI yang langsung ditimpali oleh sang kakak Cici Paramida, “Mungkin dia alergi karena iklim dan cuca yang berbeda.”
“Tapi Alhamdulillah, karena masih ASI dan menyusunya kuat, daya tahan tubuhnya bagus. Dan Insyallah sakitnya itu tidak akan kenapa-kenapa,” sambung Siti KDI.
Melansir tulisan dr. Fransisca Handy, SpA di laman aimi-asi.org, batuk pilek demam dan diare sampai tahap tertentu sesungguhnya adalah cara tubuh untuk bertahan ketika virus masuk ke dalam tubuh (infeksi virus).
Batuk menjaga supaya jalan napas bersih dari lendir yang dihasilkan lebih banyak ketika ada infeksi virus dan batuk juga menjaga supaya kuman baru tidak masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan di saat tubuh sedang berusaha melawan virus yang sudah masuk.
Baca Juga: Budi Anduk Meninggal Akibat Paru-Paru Basah, Jemur Handuk Basah di Kamar Bisa Menjadi Penyebabnya
Sehingga kebiasaan kebanyakan para orangtua memberi obat seperti antibiotik saat anak flu disertai demam tidak dianjurkan.
Pemberian antibiotika secara berlebihan atau irasional artinya penggunaan tidak benar, tidak tepat dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya.
flu atau pilek tidak perlu diobati dengan antibiotik karena virus flu tidak mempan obat tersebut.
Namun, bila ada komplikasi infeksi disebabkan kuman, antibiotik dibutuhkan. Ini pun jarang sekali terjadi.
Hanya 5 persen dari semua kasus flu yang pernah ada. Kalau anak terbiasa minum antibiotik, bahayanya kuman di tubuh bisa menjadi kebal terhadap antibiotik.
Akibatnya, dosis yang nanti digunakan akan semakin besar.
Efek terjelek adalah datangnya kematian bila dosisnya sudah terlalu tinggi.
Saat ini pemakaian antibiotik serampangan di Indonesia masih menjadi masalah serius.
Berdasarkan tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian antibiotika di Indonesia banyak terjadi dan lebih mencemaskan.
Perlu diketahui, indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri.
Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah bila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10-14 hari yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari).
Serta terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas lebih dari 39 derajat Celcius dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.
Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin atau Clavulanate.
Bila dalam 2-3 hari membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10-14 hari.
Antibiotik pun bisa diberikan pada mereka yang terkena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih.
Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini.
Infeksi saluran kemih pun menjadi alasan untuk anak diberikan atibiotik.
Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur darah atau urine.
Baca Juga: Anak Jadi Sehat dan Cerdas dengan Stimulasi Motorik Yang Tepat
Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan kultur urine.
Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika.
Begitu juga dengan penyakit tifus, pemberian antibiotik bisa dilakukan.
Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah.(*)
#gridnetworkjuara #gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | CDC,aimi-asi.org,KapanLagi |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar