Efek mengerikan yang diduga berasal dari vape. Rokok elektrik ini begitu digemari salah satunya karena ada anggapan kalau rokok tersebut lebih aman jika dibandingkan rokok tembakau biasa. Ada juga yang percaya kalau vape bisa jadi metode terapi buat berhenti merokok.
Dua klaim di atas jelas bertolak belakang dengan penemuan soal senyawa kimia berbahaya yang ada di dalam cairan vape.
Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kalau klaim bisa berhenti merokok tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak ada bukti ilmiah yang kuat.
Kembali ke cerita tentang kerusakan paru akibat vape, dokter di rumah sakit Detroit Medical Center (DMC) telah melakukan transplantasi paru ganda pada pasiennya.
Pria yang tidak diketahui identitasnya, yang merupakan pasien tersebut mengalami kerusakan pada paru-paru akibat vaping.
Terkait tindakan transplantasi, tidak ada rincian atau informasi lebih lanjutnya. Namun, pasien tersebut telah meminta tim medis yang merawatnya untuk membagikan foto dan info terbaru terkait keadaanya. Hal ini dilakukannya untuk mengingatkan kepada orang lain tentang bahaya vape bagi tubuh.
Menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat mengungkapkan, sejak Maret lebih dari 2.000 orang sakit karena vape. Setidaknya, 40 orang meninggal yang terdiri dari kalangan remaja dan dewasa muda.
Source | : | WHO,detik.com,Gridhealth.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar