GridHEALTH.id – Danone Indonesia kembali menghadirkan acara diskusi “Bicara Gizi: Upaya Pencegahan dan Tata Laksana Anak Prematur Agar Tumbuh Kembang Optimal”.
Bersama para ahli, acara ini membahas tuntas mengenai permasalahan kelahiran prematur, mulai dari upaya pencegahan hingga perawatan untuk anak yang terlahir prematur.
Baca Juga: 15% Bayi Dilahirkan Prematur di Indonesia, Risiko ROP pun Tinggi yang Bisa Membuat Penderitanya Buta
15 juta anak terlahir prematur di seluruh dunia dan jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya.
“Melalui acara hari ini kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa nutrisi dan penanganan yang tepat pada masa 1000 hari pertama kehidupan si Kecil akan berpengaruh pada kesehatan jangka panjang terlebih pada anak yang terlahir prematur,” ungkap Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia.
Baca Juga: Punya Anak Prematur, Ternyata Cynthia Lamusu Saat Hamil Punya Miom
Kelahiran prematur, atau pada usia kandungan kurang dari 37 minggu, merupakan penyebab kematian tertinggi anak baru lahir di berbagai kelahiran belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan data WHO, terdapat 10 negara yang menyumbang 60% kelahiran prematur di dunia.
Dari kesepuluh negara ini, Indonesia menempati peringkat 5 tertinggi dengan angka kelahiran prematur sekitar 675.500 pada tahun 2010.
Baca Juga: Ibu Hamil Terjangkit Hepatitis A, Berisiko Lahirkan Bayi Prematur
Sementara itu, temuan EveryPreemie di bulan Mei 2019, menemukan 528.000 anak lahir prematur setiap tahunnya.
Tidak hanya itu, komplikasi yang terjadi dalam kelahiran prematur menyebabkan 27.800 anak usia balita meninggal setiap tahunnya.
Baca Juga: Kenali Retinopati Prematuritas, Penyakit Mata yang Dialami Bima, Anak Cynthia Lamusu
Menurut Dr. dr. Ali Sungkar, Sp. OG-KFM, Dokter Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu kelahiran prematur.
Antara lain ialah usia ibu yang terlalu muda saat terjadi kehamilan, ibu yang hamil dengan anak kembar dua atau lebih, infeksi saat kehamilan, penyakit yang diderita ibu saat hamil, kurangnya nutrisi saat hamil, gaya hidup tidak sehat, hingga gangguan kesehatan mental saat mengandung seperti depresi.
Kelahiran prematur dapat menjadi penyebab komplikasi kondisi kesehatan, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Baca Juga: Cynthia Lamusu Kenang Perjuangan Anak Kembarnya di Hari Prematur Sedunia
“Meski lahir prematur, anak masih memiliki kesempatan untuk tumbuh sehat seperti anak-anak lainnya. Ada tata laksana tertentu yang bisa diikuti dan diterapkan oleh orang tua dari anak prematur agar si kecil bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhannya,” kata dr. M. Azharry Rully S, Sp.A, Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Berikut ini adalah tata laksana yang dapat diikuti orang tua dalam merawat anak prematur:
Baca Juga: Indonesia Urutan 5 Jumlah Bayi Prematur Terbanyak di Dunia, Risiko ROP
1. Karena kondisi kesehatannya, anak prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Pastikan setelah memandikan, anak benar-benar kering dan segera selimuti untuk menjaga suhu tubuhnya.
2. Ibu juga dapat mempraktikkan Metode Kanguru, yaitu menghangatkan anak baru lahir menggunakan suhu tubuh ibunya. Selain menghangatkan tubuh anak, metode ini dipercaya dapat meningkatkan berat badan bayi dengan cepat dan memperkuat ikatan antara ibu dan anak.
3. Untuk menjaga berat badan anak setelah lahir, berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya pendek, setidaknya sekali dalam 2 jam.
4. Jika anak belum bisa menyusui, maka ASI perah dapat diberikan dengan peralatan pendukung seperti sendok atau gelas. Selain sebagai sumber nutrisi, ASI dapat meningkatkan imunitas dan perkembangan tubuh anak.
“Bicara Gizi merupakan program edukasi Danone untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran nutrisi dalam mendukung kesehatan masyarakat di masa-masa penting kehidupan,” ujar Vera.
Program ini diharapkan dapat mendukung para orang tua agar tidak berkecil hati dan takut lagi dalam merawat anak prematur agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.(*)
#berantasstunting
Source | : | Pers Rilis |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar