GridHEALTH.id - Bahan kimia untuk makanan memang ada. Hal itu legal untuk digunakan, dan produknya boleh dijual bebas.
Tapi tidak semua bahan kimia untuk makanan mendapat ijin dengan alasan tersendiri.
BACA JUGA: Jangan Asal Kolam Untuk Berenang, Ini Ciri yang Banyak Bahan Kimianya
Malah ada bahan pewarna makanan disatu negara dibolehkan untuk digunakan pada makanan atau minuman, tapi di negara lainnya tidak boleh digunakan sama sekali.
Mau tahu apa saja? Dan dinegara mana dibolehkan dan tidak dibolehkan?
Simak paparannya berikut ini.
BACA JUGA: Jangan Sampai Salah Beli! Ini Daftar Obat Herbal yang Ditarik BPOM
Melansir focusforhealth.org, disebutkan ada beberapa artificial colors alias pewarna buatan oleh FDA boleh digunakan.
Tapi pewarna makanan tersebut justru tidak dibolehkan untuk digunakan oleh beberapa negara di Eropa.
Karenanya banyak industri makanan di dan asal Amerika masih menggunakannya dengan leluasa.
Salah satunya adalah McDonald yang sepertinya ada di banyak negara, termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Bahan Membuat Kuteks Berbahaya dan Berdampak Buruk Bagi Kesehatan, Begini Cara Aman Menggunakannya!
Untuk diketahui, ada 9 aditif warna bersertifikat yang disetujui oleh FDA untuk digunakan di Amerika Serikat, di antaranya;
Blue No. 1, Red No. 40, Yellow No. 5 dan Yellow No. 6.
Warna-warna ini digunakan dalam makanan untuk meningkatkan penampilan sereal, makanan ringan, minuman, bubuk pencuci mulut, kerupuk, saus, minuman, dan banyak produk lainnya.
Nah, pewarna makanan buatan terbuat berasal minyak bumi.
Itu semua telah dilarang untuk digunakan di banyak negara.
Blue No.1 dilarang di Jerman, Prancis, dan Swiss, tetapi sering ditemukan di sereal dan es krim Amerika Serikat.
Para peneliti di Eropa mengaitkan Blue No.1 dengan hiperaktif, alergi, dan agresivitas pada anak-anak.
Sedangkan Red No.40, adalah salah satu pewarna makanan buatan yang paling umum digunakan di AS.
BACA JUGA: Belum Banyak yang Tahu, Jamur Mampu Turunkan Tekanan Darah Tinggi
Pewarna buatan ini mudah ditemukan dalam permen, keju, daging, minuman, dan banyak barang lainnya.
Tapi pewarna buatan Red No.40 ini dilarang di Swiss dan Inggris.
Alasannya karena masalah kesehatan. Diyakini Aditif ini telah terbukti mengurangi konsentrasi dan meningkatkan hiperaktif pada anak-anak.
Adapun Yellow No.5 dilarang di Norwegia dan Finlandia tetapi masih banyak digunakan di Amerika Serikat.
Studi tentang Yellow No.5 menunjukkan, pewarna makanan tersebut menginduksi kerusakan genetik.
Yellow No.6 juga telah dilarang di Norwegia dan sedang dihapus oleh Uni Eropa. Tapi masih digunakan di Amerika Serikat, meskipun aditif ini telah dikaitkan dengan efek samping negatif seperti alergi, pilek, tumor pada hewan, dan hiperaktif.
Yang menarik, beberapa perusahaan AS seperti Mars dan McDonald terus menggunakan pewarna untuk produk mereka yang dijual di Amerika Serikat.
Tapi perusahaan tersebut terus mendistribusikan makanan yang lebih aman dan bersih kepada konsumen mereka di Eropa.
Misalnya, sundae stroberi McDonald di AS mengandung Red No.40.
Baca Juga : Reynhard Sinaga Gunakan Obat GHB untuk Menjebak Para Korbannya, Apa Efeknya?
Tapi sundae stroberi yang sama di Eropa mendapatkan warna dari stroberi secara alami.
Demikian pula, M&M yang dijual di Eropa menggunakan pewarna alami, sedangkan M&M yang dijual di AS mengandung pewarna makanan.
BACA JUGA: Penderita HIV di Bekasi Terbanyak Pria Penyuka Sesama Jenis, Kurang Bahagia di Rumah dengan Istrinya
Menurut Clare Ongera, lulusan Rutgers University Graduate School of Biomedical Sciences (GSBS), dalam tulisannya dengan judul; Chemical Cuisine: 7 Food additives that are legal in the US but banned in other countries, yang dimuat di focusforhealth.org (01/05/2018), produsen suka menggunakan pewarna karena lebih stabil, lebih murah, dan lebih cerah daripada makanan berwarna alami.
Sayangnya, badan pengawas Amerika Serikat terus mengizinkan praktik ini.(*)
Baca Juga : Reynhard Sinaga Penjahat Kelamin asal Indonesia yang Dihukum Seumur Hidup di Inggris, Perkosa 190 Pria
#berantasstunting
Source | : | fda.gov,focusforhealth.org,cspinet.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar