GridHEALTH.id - Prosedur yang harus disegerakan saat seseorang terinfeksi virus corona Covid-19 adalah memasukkanya ke ruang isolasi di sebuah rumah sakit.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasannya Pasien Terduga Virus Corona Harus Diisolasi
Rumah sakit ini bukan setiap rumah sakit, namun rumah sakit yang telah disiapkan mempunyai ruang isolasi.
Namun seringkali orang membayangkan ruang isolasi sebagai ruang kedap udara, ketat, dan tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Padahal ternyata tidak seperti itu.
Ruang isolasi yang ada terlihat selayaknya ruang perawatan pada umumnya. Hal yang membedakan dengan ruang perawatan lain adalah kondisi di dalam ruang,misalnya, untuk pasien virus corona, penanganannya dibutuhkan isolasi bertekanan negatif.
Alat pengatur tekanan udara ini dinamakan magnehelic, yang besar tekanan yang diberikan sesuai dengan diagnosis dokter yang bertugas atau berjaga.
Di ruangan antara ini jugalah tempat siapa pun yang akan bertemu pasien, maupun itu dokter atau perawat, harus memakai alat pelindung diri (APD).
Baca Juga: Cuci Tangan Lebih Baik, Ini Akibat Keseringan Pakai Hand Sanitizer
Pasien di ruangan ini juga tidak bisa sembarangan dijenguk, bahkan sebisa mungkin dihindari untuk dijenguk, demi mencegah baik si pasien atau penjenguk terkontaminasi atau mengontaminasi virus.
Begitu juga dengan perawat yang bertugas, haruslah satu orang untuk satu shift. Sementara jika bagian divisi lain ingin masuk, juga harus berdasarkan izin dari petugas maupun perawat itu sendiri.
Baca Juga: Studi : Susu, Yoghurt dan Keju Dapat Mencegah Risiko Munculnya Stroke
Dikutip dari laman Medline Plus, ruangan isolasi berfungsi untuk menciptakan penghalang interaksi antara pasien yang telah terinfeksi virus dengan orang lain yang belum terinfeksi. Intinya, ruangan tersebut diciptakan untuk mencegah penyebaran virus di rumah sakit.
Di China, pemberian makanan kepada pasien virus corona dilakukan dari luar (melalui jendela) demi meminimalkan kontak dengan udara ruangan isolasi.
Meski dari luar ruangan, petugas yang memberi makanan kepada pasien ruang isolasi juga tetap menggunakan APD lengkap. Misalnya, baju khusus, sarung tangan, masker, dan penutup kepala.
Pasien di dalam ruangan isolasi masih bisa berkomunikasi dengan dunia luar.
Jika kita melihatnya di berita internasional, pasien virus corona di China diberikan alat komunikasi walkie talkie untuk berkomunikasi dengan orang di luar ruangan.
Baca Juga: Boleh Dicoba, Begini Cara Pintar Agar Mencegah Makan Berlebih
Sedangkan di Emerging RSPI Sulianti Saroso, disediakan monitor agar pasien dapat melihat dan mendengar kondisi luar ruangan.
Ketika pasien virus corona sampai di rumah sakit, langkah pertama yang dilakukan dokter untuk menangani pasien tersebut adalah meredakan gejalanya dengan obat demam.
Baca Juga: 5 Manfaat Edamame, Kacang dari Jepang yang Hindari Serangan Jantung
Obat demam penting diberikan karena salah satu gejala dari infeksi virus corona itu demam tinggi (di atas 38 derajat Celcius). Obat batuk biasanya diberikan bila pasien mengalami gejala batuk yang parah.
Setelah memberi obat pereda gejala, petugas medis akan mengambil sampel lendir dari hidung dan dahak pasien untuk dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan untuk diteliti.
Perlu diketahui, diperlukan beberapa hari untuk mengetahui hasilnya apakah pasien terduga benar-benar terinfeksi virus corona atau hanya radang tenggorokan biasa.
Data tersebut dicocokkan dengan genom virus 2019-nCov di portal Global Initiative on Sharing All Influenza Data.
Ahli Penyakit Tropis dan Infeksi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, menyebut sampai saat ini tidak bisa diketahui secara pasti jangka waktu isolasi pasien yang terduga terkena virus corona.
Baca Juga: Jangan Takut Penyakit Kanker, Ini 4 Fakta Kanker yang Wajib Diketahui
Sebab tim medis sampai saat ini belum bisa memprediksi dan memastikan berapa lama gejala yang timbul pada pasien berlangsung.
"Kalau ditanya berapa lama diisolasi, jawabannya sulit. Karena kepanikan di dunia infeksi itu kita tidak tahu dan tidak bisa memprediksi pasien hari ini sesak berat berapa jam, berapa jam tidak sesak berat. Perjalanan sakitnya itu yang belum tahu pasti," katanya seperti dikutip dari Kompas Health (24/01/20).
Baca Juga: Saat Sendirian Terkena Serangan Jantung? Ini yang Harus Dilakukan
"Dengan tidak pahamnya bagaimana perjalanan orang sakit, tentu kita nggak ngeh berapa banyak yang sakit makanya kita berupaya isolasi," tambahnya.
Namun masa penyebaran virus biasanya berlangsung 3-5 hari. Setelah itu, yang tersisa dari pasien adalah gejala penyakitnya.
Diharapkan selama masa isolasi, virus tidak menyebar dan menginfeksi orang sekitarnya. "Jadi kalau orang sakit 7 hari, tidak selama 7 hari bisa menularkan," pungkasnya.
Tetapi perlu diketahui, dalam kasus virus corona, gejala pertama yang timbul pada pasien yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi dalam waktu 14 hari. Dalam istilah medis hal ini disebut inkubasi.
Yang jelas dokter wajib mengambil tiga spesimen dari saluran pernapasan hidung (ingus), spesimen dari saluran pernapasan bawah (dahak), dan serum darah. Sebagai tambahan, sampel urine dan feses juga dapat diperiksa.
Sebelum memasuki ruang isolasi, dokter harus memastikan dirinya terlindung dengan memakai semua perlengkapan seperti masker, handscoon, kaca mata, dan baju sekali pakai harus dikenakan.
Baca Juga: Kata Ahli Soal Kehamilan di Kolam Renang : 'Sperma Akan Mati di Luar Tubuh'
Dokter harus mencuci tangan hingga bersih sebelum memeriksa pasien lain yang tidak terinfeksi. (*)
#berantasstunting
Source | : | klikdokter.com,medlineplus.gov,Center for Disease Control and Prevention,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar