dr. Djoko, seorang dokter bedah dikabarkan meninggal akibat terinfeksi virus corona
GridHealth.id - Satu lagi, Indonesia kehilangan salah satu dokter yang meninggal dunia diduga terinfeksi virus corona (Covid-19) pada Sabtu (21/3/20).
Yaitu dokter bedah senior Djoko Judodjoko.
Baca Juga: Makin Bertambah Warga Positif Covid-19, Pemerintah Kota Tangerang hingga DKI Jakarta Tanggap Lakukan Penyemprotan Desinfektan
Kabar meninggalnya dr Djoko disiarkan oleh Dokter Pandu Riono lewat akun Twitter pribadinya.
Melalui cuitan di Twitter, Dokter Pandu Rino menulis bahwa dr Djoko meninggal akibat minimnya alat medis di rumah sakit tempatnya bertugas.
Baca Juga: Indonesia Beda, Tidak akan LockDown! BNPB Tegas Emban Amanat Jokowi
Sehingga ia disebut telah tertular virus corona (Covid-19) saat memberikan layanan kepada pasien yang terpapar virus Covid-19.
"Selamat jalan mas Koko, maafkan saya belum berhasil mendorong agar pemerintah @jokowi serius mengatasi pandemi covid19. Mas terinfeksi karena aktif beri layanan. Banyak petugas kesehatan yang terinfeksi dan pergi, minimnya APD sulit dimaafkan. Tidak cukup bicara, kita semua berbuat,” tulis dr Pandu.
Baca Juga: Anies Baswedan Umumkan Status Covid-19 DKI Jakarta Terbaru dengan Sedih, Lockdown?
Cuitan twitter dokter pandu atas kabar duka berpulangnya dr Djoko
Perlu diketahui, dr Djoko merupakan dokter bedah di Rumah Sakit EMC Sentul City, Bogor.
Ia adalah sosok dokter yang telah menimba segudang ilmu kedokteran di berbagai universitas ternama di Indonesia dan dunia.
Baca Juga: Imbas Virus Corona, Petenis Serena Williams Stres selama Social Distancing: 'Aku Gila Setiap Kali Ada yang Bersin atau Batuk di Sekitarku'
Berikut data riwayat dr Djoko di situs resmi Rumah Sakit EMC Sentul City, Bogor:
Tahun 1976: Dokter Umum Fakultas kedokteran, Universitas Indonesia.
Tahun 1984: Microsurgey of the Cerebro Vascular Disease, The Fujita Health University, Japan.
Baca Juga: Donald Trump Gunakan Hydroxychloroquine untuk Obati Virus Corona, Jubir Presiden hingga IDI Malah Larang Pemakaiannya: 'Ini Obat Keras'
Tahun 1985: Microsurgery of the Skull Base Tumor, di The Nordstadt Krankenhaous Hannover.
Tahun 1986:Dokter Spesialis Bedah Saraf, Universitas Padjajaran.
Tahun 1992: Posterior Spinal Fusion Surgery training, di Royal Perth Rehabilitation Center.
Tahun 1995: Stereotactic Functional Neurosurgery training, di Gunma University, Japan.
Tahun 1995: Microsurgery of the Cerebral Aneurysm training, di The Research Institute for the Brain and Blood Vessel, Akita, Japan.
Baca Juga: Akhir Tragis Pria Penyebar Virus Corona di Jepang, Setalah Alami Penyakit Mematikan
Tahun 2002: Endoscopic Spine Surgery training, di University of Bordeaux, Perancis.
Tahun 2002: Spine Surgery and Instrumentation training, di St. Louis University, Missouri USA.
Tahun 2003: Endoscopic Spine Surgery training, di Allegheny General Hospital, Pittsburgh, USA.
Tahun 2003: Spine Surgery and Instrumentation training, di Uniformed Service University for the health sciences, US Navy, Bethesda USA.
Baca Juga: Malaysia Lockdown! Militer Turun Tangan, Ancaman Tembak di Tempat dan 178 WNI di Deportasi
Tahun 2005: Spine Surgery and Instrumentation training, di The Cleveland Clinic Foundation, USA.
(*)
#berantasstunting #hadapicorona
PROMOTED CONTENT
Komentar