GridHEALTH.id - Shreya Siddanagowder (18) seorang warga India adalah penerima cangkok tangan lintas gender pertama.
Dirinya mendapat donor tangan dari seorang pria yang berkulit gelap berusia 21 tahun.
Menurut laporan The Indian Express melaporkan pada 7 Maret 2017, Siddanagowder menjalani operasi transplantasi 13 jam yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari 20 ahli bedah dan 16 ahli anestesi.
Satu tahun usai operasi transplantasi tangan kondisinya terus mebaik.
Terapi fisik menolongnya meningkatkan kontrol motorik Siddanagowder pada lengan dan tangannya.
Hasilnya tangan donornya menjadi lebih ramping daripada yang terjadi pada saat transplantasi.
Uniknya, perubahan tak terduga terjadi pada kulitnya.
Tangan donor yang kulitnya lebih gelap perlahan tapi pasti menjadi lebih terang warnanya. Sehingga lebih cocok dengan warna kulit Siddanagowder.
Baca Juga: Pakari Kesehatan Sebut, Dunia Tak Akan Sama Seperti Sebelumnya Akibat Virus Corona
Melansir livescience.com yang mengutip dari The Indian Express, keajaiban perubahan warna kulit itu terjadi menurut para dokter karena tubuhnya penerima donor memproduksi melanin lebih sedikit daripada donornya.
Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi penyebabnya, kata Dr. Uday Khopkar, kepala dermatologi di Rumah Sakit King Edward Memorial di Mumbai, kepada The Indian Express.
Untuk kita ketahui, menurut Mayo Clinic, proses transplantasi organ tubuh, termasuk tangan, tidak mudah.
Harus menjalani evaluasi dan konsultasi yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Sebab tim dokter butuh menilai kesehatan keseluruhan pasien, melakukan tes darah dan sinar-X dan mengevaluasi fungsi saraf pada anggota badan yang diamputasi.
Baca Juga: Lagi-lagi Ilmuan China Bereksperimen, Virus Corona Dimasukkan ke Hewan lalu Dijadikan Pakan
Penerima donor yang memenuhi syarat kemudian ditempatkan pada daftar tunggu dan dicocokkan dengan donor tangan berdasarkan faktor-faktor seperti warna kulit, ukuran tangan dan jenis darah.
Nah, Siddanagowder melakukan hlal itu di Institut Teknologi Manipal di Karnataka, India.
Menurut laporan, itu adalah transplantasi tangan ganda pertama yang dilakukan di Asia, serta transplantasi tungkai antargender pertama di benua itu.
"Saya adalah wanita pertama di dunia yang memiliki tangan pria," kata Siddanagowder dalam sebuah video yang dibagikan di Facebook pada Juni 2019 oleh MOHAN Foundation, sebuah organisasi nonpemerintah yang mendukung penelitian perintis dalam transplantasi dan donasi organ di India.
Namun, tangannya "sekarang memiliki fitur feminin," tambah Siddanagowder.
Kenapa? Bisa jadi otot-otot yang beradaptasi dengan inang baru mereka.
Fisioterapis Ketaki Doke, yang bekerja dengan Siddanagowder di kota asalnya, Pune, mengatakan kepada The Indian Express, “Saraf mulai mengirim sinyal - disebut reinnervasi - dan otot berfungsi sesuai dengan kebutuhan tubuh," kata Doke.
"Otot-otot di tangannya mungkin sudah mulai beradaptasi dengan tubuh wanita," lanjutnya mencoba menggambarkan kondisi itu secara sederhana.
Karenanya saat diminta menunjukan tangan barunya dalam video itu Siddanagowder pun tak ragu.
"Sekarang cocok dengan warna kulitku sendiri," katanya.
Menurut Johns Hopkins Medicine di Baltimore, sekarang ini kurang dari 100 orang telah menerima transplantasi tangan di seluruh dunia.
Satu hal yang musti ketahui mengenai tranplatasi organ, menurut Mayo Clinic, penerima donor harus mengonsumsi obat imunosupresan.
Ini adalah obat untuk mencegah tubuh penerima donor menolak organ baru yang dicangkokan.
Baca Juga: Puasa Ramadan Turunkan Kolesterol Secara Alami, Tak ada Korelasi Antara Lemak Makanan dan Kolesterol
Imunosupresan adalah obat keras, yang perlu diminum selama sisa hidup penerima donor.
Efek samping utama imunosupresan termasuk: peningkatan risiko infeksi serius, termasuk cytomegalovirus (CMV); risiko kanker meningkat; kerusakan ginjal, peningkatan risiko terkena diabetes; osteoporosis; kolesterol, meningkatkan risiko penyakit jantung.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | Mayo Clinic,livescience,The Indian Express |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar