"Saya melihat cahaya berkedip-kedip di layar dan detak jantung menunjukkan angka nol - garis datar - di layar," jelasnya. Langkah selanjutnya, Nittla mencabut selang obat bius.
Putri dari pasien masih berbicara kepada ibunya dan mendoakannya melalui sambungan telepon. Nittla mengambil telepon dan mengabarkan kepadanya bahwa ibunya telah tiada.
"Dengan bantuan seorang kolega, saya memandikan jenazah di tempat tidur dan membungkusnya dengan kain putih dan memasukkan jenazah itu ke dalam kantong mayat. Saya membuat tanda salib di keningnya (sesuai permintaan keluarga) sebelum menutup kantong itu," tambah Nittla.
Nittla menuturkan kenyataan bahwa ia mampu merawat pasien yang sekarat telah membantunya menangani krisis.
Karena jumlah pasien meningkat drastis, kapasitas unit kritis di Royal Free Hospital ditambah dari 34 menjadi 60 tempat tidur.
"Biasanya di unit perawatan kritis kita memberlakukan rasio satu perawat untuk setiap pasien. Sekarang satu perawat untuk tiga pasien," kata Nittla. "Jika situasi memburuk nanti, satu perawat untuk enam pasien."
Baca Juga: Sebelum Donor Darah Wanita Wajib Konsumsi Suplemen Zat Besi, Ini Alasannya
Baca Juga: Studi: Kelebihan Suplemen Kalsium Tingkatkan Risiko Kanker
Beberapa perawat yang bekerja satu tim dengan Nittla sudah menunjukkan gejala-gejala virus corona dan sekarang menjalani isolasi diri. Rumah sakit melatih perawat-perawat dari unit lain untuk bekerja di bagian perawatan kritis.
Source | : | Reuters,BBC |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar