"Sebelum memulai tugas, kami berpegangan tangan dan mengatakan 'semoga selamat!'. Kami saling memperhatikan. Kami memastikan semua orang mengenakan sarung tangan, masker dan alat pelindung diri secara benar," kata Nittla.
Unit Perawatan Intensif di Royal Free Hospital mencatat satu kematian setiap hari, jauh di atas rata-rata sebelum pandemi virus corona. "Menakutkan," ungkap Nittla.
Sebagai perawat kepala ruang, ia terkadang harus mengesampingkan ketakutannya sendiri.
"Saya benar-benar mengalami mimpi buruk. Saya tidak bisa tidur. Saya khawatir terkena virus. Semua orang takut." Tahun lalu, ia cuti kerja selama berbulan-bulan setelah terinfeksi tuberkulosis. Ia sadar kapasitas paru-parunya berkurang.
"Orang-orang menasihati saya untuk tidak bekerja tetapi ini sedang ada pandemi. Saya singkirkan semuanya dan saya laksanakan pekerjaan saya," katanya.
Baca Juga: Salah Pakai Celana Dalam Bisa Sebabkan Kanker? Ini Faktanya
Baca Juga: Wanita Jangan Takut Latihan Beban, Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus
"Di akhir jam kerja, saya masih memikirkan pasien-pasien yang meninggal dunia yang saya tangani, tetapi saya berusaha melupakannya ketika saya keluar dari rumah sakit." (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Reuters,BBC |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar