Pusat medis biasanya melihat hanya satu pasien stroke di bawah usia 50 setiap tiga minggu, Dr. Johanna Fifi, seorang ahli saraf, dan rekan-rekannya mencatat dalam sebuah surat di The New England Journal of Medicine.
Empat dari lima pasien relatif sehat, dua pasien berusia 30-an tidak memiliki faktor risiko stroke yang diketahui.
"Kami sampai pada kesimpulan bahwa itu terkait dengan Covid-19," kata Dr. Fifi dalam sebuah wawancara, dikutip dari The New York Times.
Meskipun stroke tampaknya mempengaruhi sejumlah kecil pasien Covid-19, mereka tampaknya terkait dengan fenomena yang lebih luas yang muncul pada pasien yang sakit kritis, yakni pembekuan darah yang berlebihan.
Pasien dengan kondisi Covid-19 yang parah dapat mengalami pembekuan di kaki dan paru-paru sehingga dapat mengancam jiwa, kata para dokter.
Darah mereka bisa sangat kental dan kental sehingga menghalangi garis dan kateter intravena. Gumpalan kecil di organ lain, seperti ginjal dan hati, telah ditemukan pada otopsi pasien virus corona.
Source | : | nytimes.com |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar