GridHEALTH.id - Mirip di Indonesia, Pandemi Covid-19 Belum Usai LockDown Belum Dibuka Masyarakat Amerika Sudah Gerah dan Kunjungi Pantai juga Bar.
Bedanya di Indonesia masih tak seperti di Amerika.
Di Indonesia hanya ramai di beberapa titik, misal Bandara, karena banyaknya yang ingin mudik alias pulang kampung, juga di pasar dan perkampungan
Tapi di Amerika Serikat lebih parah lagi. Masyarakatnya lebih nekat.
Baca Juga: MUI Keluarkan Aturan Salat Idul Fitri di Rumah saat Pandemi Corona
Masih LockDown saja sudah berani berhamburan ke pantai dan bar.
Padahal masyarakatnya tahu betul, Amerika Serikat kini menjadi episentrum pandemi virus corona (Covid-19).
Bagaimana tidak, Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus positif dan kasus kematian terbanyak di dunia.
Dilansir dari worldometers.info pada Minggu (17/5/2020), ada 1.507.773 kasus positif dan 90.113 kasus kematian.
Sementara mereka yang dinyatakan sembuh ada 339.232 kasus.
Baca Juga: Supaya Bisa Masuk Ibu Kota Jakarta, Seperti Ini Cara Mengurus Surat Izinnya
Dilaporkan kota New York City menjadi salah satu kota di Amerika yang memiliki kasus tertinggi.
Dan seolah tidak peduli dengan itu semua, warga New York City malah berduyun-duyun ke area bar dan pantai.
Dilansir dari nypost.com pada Minggu (17/5/2020), ratusan bahkan ribuan warga New York City dilaporkan 'lelah' berada di rumah karena lockdown.
Lantas mereka memutuskan untuk pergi keluar pada akhir pekan ini.
Mereka datang ke bar, pantai, dan berkumpul bersama di luar sana seperti merayakan sesuatu.
Mereka berkumpul di bar-bar populer di Upper East Side, East Village dan di Greenpoint, Brooklyn.
Saling tertawa, menikmati cuaca panas layanya musi panas, minum-minuman di trotoar yang penuh sesak, bahkan berjemur di pantai.
Baca Juga: Catat! Ini Kategori Orang yang Bebas Keluar Masuk DKI Jakarta Selama PSBB
Baca Juga: Bocah 10 Tahun Tewas Tergantung, Diduga Korban Dirundung dan Dibunuh
Ada juga dua gitaris di luar East Village Social di St. Marks Place, melansir Intisari.id (17 Mei 2020) yang malah memulai aksi dan membuat orang tambah berkumpul.
Padahal sikap ini menjadi salah satu alasan besar cepatnya penyebaran virus.
Pemandangan ini lantas menjadi ironi bagi sebagian orang lainnya yang masih bertahan di rumah di tengah pandemi virus corona.
"Mereka tidak peduli dengan kita. Apa yang terjadi pada kita semua kini?" kata Ann Trent (72,).
"Jelas, terlalu banyak orang," seorang bartender mengakui.
Menurut laporan, sebagian besar pengunjung yang datang ke bar dan pantai adalah anak muda.
Dan mereka semua tidak memakai masker, seperti yang disarankan WHO.
Anggota Dewan Mark Levine, ketua komite kesehatan di New York City, mengaku khawatir bila kejadian ini bisa menyebabkan lonjakan kasus positif dan kasus kematian Covid-19.
Sebagai contoh, selama 24 jam, ada 100 orang meninggal karena virus corona.
Baca Juga: Ini Dia Negara Pertama di Eropa yang Mengakhiri Epidemi Virus Corona
Baca Juga: Banyak Cairan Tubuh yang Hilang Selama Puasa, Ini Cara Mengakalinya
Angka tertinggi adalah 500 orang meninggal dalam 1 hari pada pertengahan April 2020 kemarin.
Kejadian serupa juga terjadi negara bagian Capitol di Albany pada hari Sabtu (15/5/2020) kemarin.
Di mana ratusan orang 'frustasi' akan lockdown dan berunjuk rasa agar bisnis dibuka kembali.
Michelle Fusco, dari pedesaan Knox, yang telah bekerja sebagai pelayan selama 33 tahun, mengatakan bahwa dia sudah tidak bekerja sejak 16 Maret.
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya di tahun-tahun mendatang," katanya.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | nypost.com,intisari.id,Worldometers.info |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar