Sementara itu, sebuah penelitian lainnya di Swedia pada 2010 memiliki teori berbeda, yaitu bahwa olahraga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada otot-otot tubuh, yang membantu mengeluarkan berbagai zat berbahaya di dalam darah akibat stress yang dapat mengganggu kesehatan otak.
Pada penelitian ini, para peneliti mengembangbiakkan tikus dengan cara tertentu sehingga mereka memiliki kadar protein PGC-1a1 yang tinggi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, para peneliti telah menemukan bahwa kadar protein ini dapat ditingkatkan dengan berolahraga.
Kemudian, para peneliti pun memaparkan tikus yang memiliki kadar protein PGC-1a1 yang tinggi dengan situasi stress dan membandingkannya dengan tikus biasa.
Meskipun semua hewan percobaan mengalami stress, tikus yang memiliki kadar protein PGC-1a1 yang tinggi di dalam ototnya tidak mengalami gejala-gejala depresi.
Hal ini dikarenakan tikus-tikus tersebut juga memiliki kadar enzim KAT yang lebih tinggi. Para peneliti menduga enzim ini murupakan enzim penting yang berfungsi untuk menghancurkan suatu zat tertentu yang terbentuk saat stress yang berhubungan dengan terjadinya depresi.
Baca Juga: Penderita TBC di Indonesia Masih Tinggi, Pantas Jokowi Minta Jangan Hanya Fokus ke Covid-19 Saja
Baca Juga: Kisah Pilu Tsamara, Gadis Cilik Dari Sragen yang Meninggal Akibat Digigit Kutu Kucing
Enzim KAT ini berfungsi untuk mencegah zat berbahaya tersebut masuk ke dalam otak melalui aliran darah.
Source | : | Neuro Science News,mens heatlh,Gridhealth.id,dokter.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar