GridHEALTH.id - Para peneliti sebenarnya masih belum mengetahui secara pasti bagaimana pengaruh olahraga pada otak dan mengapa olahraga dapat membantu mengatasi depresi.
Akan tetapi, para peneliti menduga hal ini mungkin dikarenakan olahraga dapat membantu proses neurogenesis, yaitu pembentukan sel-sel saraf baru di dalam otak.
Berdasarkan teori di atas, sel-sel saraf baru tersebut biasanya diproduksi di bagian otak yang disebut dengan hipokampus, yang merupakan bagian otak yang berperan penting untuk mengatur mood seseorang.
Berbagai penelitian mengenai depresi telah menunjukkan bahwa seorang penderita depresi biasanya memiliki area hipokampus yang lebih kecil daripada orang lainnya yang tidak menderita depresi.
Hal ini pun membuat para peneliti menduga bahwa depresi mungkin terjadi akibat sel-sel otak penderita tidak memproduksi cukup banyak sel-sel saraf baru.
Sebuah penelitian di tahun 2006 yang dilakukan Universitas Oxford di Inggris menunjukkan bahwa olahraga tampaknya dapat memicu pembentukan sel-sel saraf baru di dalam otak, mungkin dengan cara meningkatkan kadar endorfin tertentu.
Baca Juga: Studi Kesehatan: Banyaknya Lemak Makanan di Otak Sebabkan Gangguan Mental
Baca Juga: Kok Masih Gemuk Padahal Sudah Diet? Ternyata Ini Dia 8 Penyebabnya
Hal inilah yang mungkin menyebabkan mengapa olahraga dapat membantu mengatasi berbagai gejala depresi.
Sementara itu, sebuah penelitian lainnya di Swedia pada 2010 memiliki teori berbeda, yaitu bahwa olahraga menyebabkan terjadinya berbagai perubahan pada otot-otot tubuh, yang membantu mengeluarkan berbagai zat berbahaya di dalam darah akibat stress yang dapat mengganggu kesehatan otak.
Pada penelitian ini, para peneliti mengembangbiakkan tikus dengan cara tertentu sehingga mereka memiliki kadar protein PGC-1a1 yang tinggi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, para peneliti telah menemukan bahwa kadar protein ini dapat ditingkatkan dengan berolahraga.
Kemudian, para peneliti pun memaparkan tikus yang memiliki kadar protein PGC-1a1 yang tinggi dengan situasi stress dan membandingkannya dengan tikus biasa.
Meskipun semua hewan percobaan mengalami stress, tikus yang memiliki kadar protein PGC-1a1 yang tinggi di dalam ototnya tidak mengalami gejala-gejala depresi.
Hal ini dikarenakan tikus-tikus tersebut juga memiliki kadar enzim KAT yang lebih tinggi. Para peneliti menduga enzim ini murupakan enzim penting yang berfungsi untuk menghancurkan suatu zat tertentu yang terbentuk saat stress yang berhubungan dengan terjadinya depresi.
Baca Juga: Penderita TBC di Indonesia Masih Tinggi, Pantas Jokowi Minta Jangan Hanya Fokus ke Covid-19 Saja
Baca Juga: Kisah Pilu Tsamara, Gadis Cilik Dari Sragen yang Meninggal Akibat Digigit Kutu Kucing
Enzim KAT ini berfungsi untuk mencegah zat berbahaya tersebut masuk ke dalam otak melalui aliran darah.
Untuk mengetahui bagaimana efek olahraga pada manusia, maka peneliti pun melakukan penelitian pada manusia.
Para peneliti memeriksa keadaan otot para peserta penelitian setelah berolahraga selama 3 minggu. Para peneliti pun menemukan bahwa kadar protein dan enzim di atas juga meningkat.
Akan tetapi, para peneliti menyatakan masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah mekanisme benar-benar merupakan hal yang membuat olahraga mampu melindungi seseorang dari gangguan depresi.
Dilansir dari Menshealth, berikut adalah 3 olahraga yang tepat yang dapat menghilangkan depresi;
1. Jalan kaki di sekitar rumah
Banyak orang menganggap bahwa istilah "olahraga" berarti harus melakukan aktivitas fisik berat agar efektif. Padahal, seringkali hal yang dibutuhkan adalah sebaliknya.
Olahraga berat justru bisa memicu pelepasan hormon kortisol atau hormon stres. Hormon ini hadir dalam jumlah yang besar pada orang-orang yang mengalami depresi.
Untuk itu, kepala kebugaran Anytime Fitness Inggris, Marvin Burton merekomendasikan olahraga dalam bentuk yang lebih ringan, misalnya jalan kaki."Jalan kaki di ruangan terbuka bisa menjadi hal positif untuk melawan depresi," kata Burton.
Banyak orang yang mengatakan pergi ke luar bisa menjernihkan pikiran. Anggapan tersebut sangatlah tepat. Jika kita memiliki pikiran yang jernih, kita akan cenderung mendapatkan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik.
Hayley Jarvis yang juga pakar kebugaran sepakat dengan pernyataan tersebut. Menurutnya, riset ilmiah menyebutkan bahwa olahraga luar ruangan bisa lebih efektif sebagai obat antidepresan bagi depresi tingkat ringan hingga moderat.
"Warna-warna, suara dan bau yang kita temui di luar ruangan mampu menstimulasi rasa kita. Kontak sosial dengan orang lain juga bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi kesepian," jelas Jarvis.
2. Lari
Jarvis sangat menganjurkan olahraga ini bagi penderita depresi. Dengan lari, kita bisa dengan mudah melihat peningkatan kemampuan kita.
"Tapi, penting untuk menentukan aktivitas yang kita sukai sehingga bisa menjalankannya secara rutin," kata Jarvis.
Burton menambahkan, lari bisa menjadi olahraga yang tepat untuk "kabur" dari rutinitas harian serta membuat kita fokus, berjuang dan meraih target personal.
Baca Juga: Jelang New Normal, Pasien Positif Covid-19 Masih Terus Bertambah
Selain itu, lari juga menjadi bentuk olahraga yang mudah diakses. Kita tak membutuhkan banyak hal, hanya sepatu dan niat yang bulat.
3. Berolahraga kelompok
Ketika mengalami depresi, kita bisa saja ingin menarik diri kita dan mengisolasi diri dari orang lain. Namun, hal ini tak disarankan. Olahraga berkelompok bisa menjadi cara untuk menghindarinya.
Menurut Burton, berkesempatan berbicara dengan orang lain dan bersosial sambil olahraga bisa memberikan manfaat yang besar.
Jarvis menambahkan, aktivitas kelompok juga merupakan pilihan yang baik jika kita terdorong untuk meningkatkan elemen sosial yang kuat.
Baca Juga: Wanita Jangan Takut Latihan Beban, Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus
Baca Juga: Saat Sendirian Terkena Serangan Jantung? Ini yang Harus Dilakukan
"Kita juga cenderung terus melakukannya secara rutin jika aktivitas tersebut menyenangkan dan kita menikmati kegiatan bersama orang-orang tersebut," ujarnya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Neuro Science News,mens heatlh,Gridhealth.id,dokter.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar