GridHEALTH.id - Kabar baik kembali berembus di kala serangan virus corona kini telah mencapai lebih dari 8 juta kasus di dunia.
Dikabarkan ada obat bernama dexamethasone yang konon ampuh menyembuhkan pasien Covid-19.
Baca Juga: Obat Covid-19 Made in Indonesia Sudah Beredar di Pasaran, Telah Lulus Uji Klinis
Melansir dari The Jakarta Post, dexamethasone adalah steroid yang murah dan banyak digunakan, telah menjadi obat pertama yang terbukti dapat menyelamatkan hidup di antara pasien infeksi virus corona.
Hasil uji coba yang diumumkan pada hari Selasa (16/6) menunjukkan, dexamethasone yang digunakan untuk mengurangi peradangan pada penyakit lain, mengurangi tingkat kematian sekitar 1/3 di antara pasien Covid-19 yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit.
Bahkan menurut sang peneliti, seorang pasien Covid-19 bisa sembuh hanya dengan menggelontorkan uang sekitar Rp 100 ribu.
Hasil penelitian menunjukkan obat tersebut harus segera menjadi perawatan standar pada pasien dengan kasus penyakit parah, kata para peneliti yang memimpin uji coba.
"Ini adalah hasil yang menunjukkan bahwa jika pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator atau oksigen diberikan dexamethasone, itu akan menyelamatkan nyawa, dan itu akan dilakukan dengan biaya yang sangat rendah," kata Martin Landray, seorang profesor di Universitas Oxford ikut memimpin persidangan tersebut.
Baca Juga: Awalnya TBC, Ternyata Positif Corona lalu Kabur, Ditemukan di Dukun, Walhasil Puluhan Orang Jadi ODP
Sementara itu, Landray juga menyampaikan jika obat tersebut tergolong cukup murah.
"Akan sangat sulit bagi obat apa pun untuk benar-benar mengganti ini, mengingat bahwa kurang dari 50 pound (Rp 888 ribu), Anda dapat mengobati 8 pasien dan menyelamatkan hidup," katanya kepada wartawan.
Lantas apa sebenarnya obat dexamethasone ini?
Melansir laman WebMD, dexamethasone digunakan untuk mengobati kondisi penyakit autoimun seperti radang sendi, gangguan darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, reaksi alergi, kondisi kulit dan mata tertentu, masalah pernapasan, gangguan usus tertentu, dan kanker tertentu.
Obat ini juga digunakan sebagai tes untuk gangguan kelenjar adrenal (sindrom Cushing).
Baca Juga: Kaya Omega-3, Ikan Salmon Diduga Jadi Penyebab Gelombang Kedua Virus Corona di Beijing
Selain itu, dexamethasone adalah hormon kortikosteroid (glukokortikoid), sehingga dapat mengurangi respons pertahanan alami tubuh dan mengurangi gejala seperti reaksi pembengkakan dan alergi.
Namun sayangnya, obat ini juga dapat menimbulkan reaksi lain pada tubuh seseorang.
Dexamethasone dapat menyebabkan gangguan perut, sakit kepala, pusing, perubahan menstruasi, sulit tidur, nafsu makan meningkat, atau kenaikan berat badan dapat terjadi.
Beri tahu dokter segera jika salah satu dari efek samping yang tidak biasa tetapi serius ini terjadi, seperti:
- Tanda-tanda infeksi (misalnya, demam, sakit tenggorokan persisten)
- Nyeri tulang atau persendian
- Peningkatan haus, sering buang air kecil
- Detak jantung cepat/lambat/tidak teratur
- Nyeri/tekanan mata
Baca Juga: Ahli Kesehatan Ungkap DKI Jakarta Belum Mencapai Puncak Pandemi Covid-19, Prediksinya Bulan Agustus
- Gangguan penglihatan
- Pembengkakan di beberapa area tubuh, seperti wajah, kaki, pergelangan kaki
- Gejala perdarahan lambung atau usus (seperti sakit perut, tinja hitam, muntah yang terlihat seperti bubuk kopi)
- Perubahan mental atau suasana hati (mis. depresi, perubahan suasana hati, agitasi)
- Pertumbuhan rambut dan kulit yang tidak biasa
- Nyeri atau kram otot, kelemahan, mudah memar atau berdarah
- Penyembuhan luka lambat, kulit menipis, kejang.
Reaksi alergi yang sangat serius terhadap obat ini jarang terjadi.
Namun, segera cari pertolongan medis jika melihat gejala reaksi alergi serius, seperti ruam, gatal atau bengkak (terutama pada wajah, lidah, tenggorokan), pusing parah, kesulitan bernapas.
Sementara itu, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO menyatakan ucapan terima kasih dan dukungan untuk Universitas Oxford yang telah menyelamatkan nyawa ribuan pasien Covid-19 dengan menggunakan obat dexamethasone.
"Ini adalah berita bagus dan saya mengucapkan selamat kepada Pemerintah Inggris, Universitas Oxford, dan banyak rumah sakit dan pasien di Inggris yang telah berkontribusi pada terobosan ilmiah yang menyelamatkan jiwa ini," ujar Ghebreyesus. (*)
#hadapicorona
Source | : | WebMD,WHO,The Jakarta Post |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar