GridHEALTH.id - Memasuki era new normal yang digadang-gadang Presiden Jokowi akan dimulai dalam waktu dekat, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menyiapkan sejumlah prosedur bagi karyawan maupun pengguna kereta rel listrik (KRL).
Salah satunya adalah penumpang dilarang berbicara langsung maupun lewat telepon selama melakukan perjalanan dalam kereta.
"Saat ini yang sudah disampaikan adalah imbauan kepada seluruh pengguna untuk tidak berbicara secara langsung maupun melalui telepon seluler, karena salah satu penularan Covid-19 melalui droplet atau cairan yang keluar dari saluran mulut dan hidung saat batuk, bersin, maupun berbicara," kata Vice President Corporate Communications KCI, Anne Purba dalam keterangan pers-nya di Jakarta, Kamis (28/05/20).
Kebijakan lainnya, di antaranya tetap menjalankan protokol kesehatan pada moda transportasi publik yang sudah berjalan selama ini, yaitu wajib menggunakan masker selama berada di area stasiun dan di dalam KRL.
Akan dilakukan juga pemeriksaan suhu tubuh penumpang, dan penerapan physical distancing atau jaga jarak sesuai dengan marka-marka yang ada di area stasiun dan di kereta.
Senada dengan ketentuan-ketentuan di atas, Dokter spesialis penyakit dalam pada Junior Doctor Network, dokter Edward Faisal SpPD menyarankan masyarakat pengguna transportasi publik tidak berbicara guna mencegah penyebaran virus corona tipe baru karena ada tetesan atau droplet kecil yang keluar dari mulut seseorang dan dapat bertahan 15 menit sebelum jatuh.
"Untuk penumpang yang mengobrol, sebenarnya secara penelitian, dia akan mengeluarkan droplet kecil selama 15 menit. Ini menurut CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang di Amerika.
Baca Juga: Benar Indonesia Mau Bebas Covid-19? Ditegur Tak Pakai Masker Malah Beri Bogem Mentah
Baca Juga: Pikirkan Keselamatan Anak, Anies 'Keukeuh' Belum Mau Buka Sekolah di DKI
Karena itu penting diperhatikan, disarankan pakai masker untuk menahan laju droplet. Jadi tidak boleh ngobrol dulu memang," kata Edward dalam sesi talkshow Rombongan Pengguna Kereta (Roker) Mantul yang Santuy Antre dan Anti Kuman di BNPB, Jakarta (16/06/20).
Maka untuk masyarakat yang kebetulan menaiki transportasi publik bersama-sama, dengan teman ataupun keluarga, ia menyarankan untuk tetap menjaga jarak di dalam transportasi publik.
Edward juga mengatakan berdasarkan penelitan diketahui jarak aman agar tidak terpapar SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 minimal satu meter, kalau bisa dua meter.
Droplet dari seseorang yang batuk baru jatuh setelah mencapai jarak minimal satu meter. "Jadi, kalau ada yang masih "bermesraan" di dalam transportasi publik sebaiknya dihindari karena menjadi contoh pelaksanan protokol kesehatan yang tidak baik."
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak berdesakan saat hendak masuk ke stasiun, di peron dan di dalam kereta. Tidak perlu pula menyelak penumpang lainnya karena bisa saja berisiko jika ternyata mereka orang tanpa gejala (OTG).
"Tapi saya ingatkan jangan melakukan stigma ke setiap orang ya," ujar Edward sambil mengingatkan lebih baik menjalankan protokol kesehatan secara disiplin. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Antara |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar