GridHEALTH.id – Awalnya bermula ketika Mary Milanda hamper melakukan histerektomi (pengangkatan rahim) dua tahun lalu.
Khawatir tidak pernah menstruasi lagi, ia berdoa siang malam agar rahim dan ovariumnya diselamatkan sambil melakukan ‘nazar’, jika selamat, ia akan menghormati setiap darah yang keluar dari rahim dan ovariumnya itu dengan caranya sendiri.
"Saya hampir melakukan histerektomi dua tahun yang lalu dan khawatir tak pernah menstruasi lagi. Saya berdoa setiap hari dan meminta rahim dan ovarium saya untuk diselamatkan.
Saya berjanji untuk menghormati dan menyembah rahim dan siklus bulanan saya dengan hormat setiap bulan jika mereka diselamatkan dan sekarang saya lakukan masker darah haid itu setiap bulan," kata dia, dikutip dari laman Daily Star (27/02/20)
Untuk merayakan siklus bulanannya, Mary memberikan facial masker darah haid. Dia meninggalkan darah di wajahnya hingga 30 menit, juga melukis dengan itu, menari bersama darah itu dan "menyirami" tanamannya dengan darah itu.
"Darah menstruasi adalah penyembuhan dan memiliki sifat anti-inflamasi dan penuh dengan nutrisi dan mineral yang kaya seperti seng, tembaga, magnesium, kalsium, natrium, zat besi, nitrogen, fosfor, kalium.
Baca Juga: 4 Tanda Ketidaksuburan Pada Wanita, Salah Satunya Haid Tidak Teratur
Baca Juga: Universitas Oxford : RI Dapat Nilai D untuk Penanganan Virus Corona
Wajah saya selalu terasa lebih lembut, lebih bergizi dan bersinar. Saya perhatikan itu telah membantu memperbaiki kondisi kulit saya dari bekas jerawat yang saya miliki dan pigmentasi. Kulit saya di wajah saya terasa lebih sehat bagi saya," ceritanya.
Mary Miranda percaya, darah itu memiliki sifat penyembuhan serta ia gunakan untuk melukis gambar dan menyirami tanamannya.
Beberapa tahun lalu, ia mulai meneliti perawatan holistik sebagai alternatif, dan menemukan praktik ritual Darah Bulanan. Teknik ini dianggap sebagai penyambutan dan penghormatan menstruasi alih-alih takut. Maka ia melakukan masker darah haid .
Sebelumnya, wanita 36 tahun asal Chicago, AS, tidak selalu merasa nyaman dengan siklus menstruasinya.
Selama masa remajanya, menstruasinya sangat menyakitkan dan bisa berlangsung selama delapan hari sekaligus.
Pendarahannya sangat tidak teratur dan hanya terjadi tiga atau empat kali setahun, yang awalnya tidak disadarinya abnormal. Bahkan ketika dia menggunakan pil kontrasepsi, rasa sakit haidnya tidak mereda dan pada 2006 dia didiagnosis menderita kista ovarium.
Dokter melakukan operasi untuk mengangkat ovarium kanannya dan menyarankan Mary untuk tetap menggunakan pil kontrasepsi. Tetapi karena tidak ingin terus menambah hormon ke dalam tubuhnya, ia tak lagi memakai pil kontrasepsi sejak tahun 2008.
Baca Juga: Studi Kesehatan: Banyaknya Lemak Makanan di Otak Sebabkan Gangguan Mental
Baca Juga: Hidrasi Bantu Kognitif Anak, Ini Jumlah Kebutuhan Minum Harian
Pendarahannya yang luar biasa terus berlanjut dan menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan seperti muntah, tekanan darah rendah dan keringat yang banyak.
Dia pun mengunjungi klinik A&E untuk perawatan medis dua kali. Dan pada tahun 2017, dokter menemukan pertumbuhan non-kanker tiga setengah inci pada rahimnya dan kista lain di ovarium kirinya.
Pada bulan Februari tahun berikutnya, Mary menjalani operasi miomektomi untuk mengangkat fibroid rahim dan kista ovariumnya dan menyelamatkan sistem reproduksinya.
Baca Juga: Kelihatannya Nyaman, Bekerja di Kasur Selama WFH Ternyata Berisiko
Baca Juga: Studi: Sebagian Besar Bayi Mati Dalam Kandungan Akibat Plasenta Buruk
Mary khawatir kesehatannya akan terus meningkat dan dia harus menjalani histerektomi yang untungnya tak pernah ia lakukan. Kini ia merasa bangga dengan ritual bulanan menggunakan masker darah haid yang dilakukannya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Daily Star,woman health magazine,viva.co.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar