Disparitas semacam itu menunjukkan bagaimana bisnis pengembangan vaksin lebih berisiko ketimbang obat penyembuhan biasa.
Vaksin membutuhkan ongkos penelitian yang lebih tinggi. Uji cobanya pun harus memenuhi regulasi yang lebih ketat dan kompleks.
Badan kesehatan publik sekalipun, sebagai klien utama industri farmasi, membeli vaksin dalam harga yang lebih rendah daripada perusahaan swasta.
Ragam kondisi itu membuat vaksin tidak lebih menguntungkan ketimbang obat biasa, terutama vaksin yang hanya perlu didapat sekali seumur hidup.
Di AS, jumlah pabrik vaksin menurun dari 26 pada tahun 1967 menjadi hanya 5 pada 2004. Situasi ini terjadi karena banyak perusahaan mulai fokus pada tahap pengobatan ketimbang pencegahan.
Akan tetapi, banyak hal berubah. Berkat pendanaan yang diberikan sejumlah lembaga serta perorangan seperti pasangan jutawan Bill dan Melinda Gates yang menyumbang miliaran dolar AS untuk meningkatkan cakupan vaksin, angka permintaan vaksin terus meningkat.
Baca Juga: Pasien Diabetes Diminta Jaga Kadar Gula Darah Selama Pandemi Covid-19, Ini Alasannya
Baca Juga: Begini Cara Alami Usir 9 Serangga Paling Mengganggu di Rumah
Industri farmasi menikmati kesuksesan komersial dari inovasi seperti Prevenar, vaksin untuk melindungi anak dan orang dewasa dari bakteri penyebab pneumonia.
Source | : | The Guardian,Reuters,BBC,Welt am Sonntag,Bild Zeitung |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar