Tahun 2019 Pevenar adalah satu dari 10 obat paling laku di dunia. Merujuk jurnal ilmiah Nature, penjualan Prevenar mencapai Rp92 triliun tahun lalu.
Diproduksi oleh Pfizer, vaksin yang laris manis itu disebut lebih laku daripada viagra, produk yang dianggap paling terkenal dari perusahaan multinasional itu.
Merujuk komitmen pembelian jumlah besar yang menurunkan harga, ongkos yang ditanggung Gavi atas satu dosis Prevenar untuk negara miskin kurang dari Rp48 ribu. Namun vaksin itu dijual seharga Rp2,8 juta di AS.
Sebab mereka (produsen) berdalih, biaya penelitian dan pengembangan untuk vaksin bisa melampaui angka Rp160 triliun.
Di Inggris, dua dosis vaksin HPV dijual seharga Rp5,8 juta. Sementara untuk jumlah yang sama, Gavi membayar sekitar Rp80 ribu.
Jadi ada keuntungan yang lebih besar di pasar dengan pembeli kaya raya. Ini setidaknya dapat menutup ongkos pengembangan dan penelitian industri farmasi.
Asosiasi Industri Farmasi Inggris memperkirakan, pengembangan vaksin baru membutuhkan anggaran setidaknya Rp28,8 triliun.
Baca Juga: Semakin Bertambah Usia, Makanan Mengandung Antioksidan Perlu Diperbanyak
Baca Juga: Waspadai Glukoma Pada Anak dan Ciri-cirinya, Butuh Penanganan Segera
"Jika kita membiarkan mekanisme pasar bebas menentukan, hanya orang-orang di negara kaya yang akan memiliki akses terhadap vaksin Covid-19," kata Mark Jit, profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
"Kita menyaksikan fenomena itu pada masa lalu. Ini akan menyebabkan tragedi yang lebih besar jika situasi yang sama kembali terjadi," ujarnya. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | The Guardian,Reuters,BBC,Welt am Sonntag,Bild Zeitung |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar