GridHEALTH.id - Setelah perusahaan farmasi asal AS dan Inggris mengembangkan obat dan vaksin corona (Covid-19), perusahaan farmasi asal Prancis, Sanofi juga menginvestasikan dana jutaan dolar Amerika Serikat (AS) untuk membangun fasilitas penelitian dan pusat produksi vaksin Covid-19
vaksin Covid-19.
Sanofi menginvestasikan dana senilai 610 juta euro atau setara dengan US$ 679,4 juta (sekitar Rp 9,38 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$) untuk membangun tempat produksi baru dan pusat penelitian di Prancis yang sengaja ditujukan untuk pengembangan vaksin Covid-19.
Manajemen Sanofi menjelaskan bahwa investasi itu bisa terwujud karena adanya kolaborasi erat dengan otoritas Prancis dalam beberapa bulan terakhir dan pengembangan ini akan membantu perusahaan bisa dengan cepat menghasilkan vaksin untuk mengatasi pandemi virus corona yang sudah mengglobal.
"Kami memiliki sejarah panjang dan tim yang luar biasa di seluruh negeri demi mewujudkan nilai-nilai perusahaan. Dengan berinvestasi di pusat R&D [penelitian dan pengembangan], kami memposisikan Prancis sebagai inti dari strategi kami, tujuannya menjadikan Prancis sebagai pusat keunggulan kelas dunia dalam penelitian dan produksi vaksin," kata Paul Hudson, Chief Executive Officer Sanofi, dikutip dari Reuters (17/06/2020).
Sanofi diklaim menjadi satu dari lima perusahaan farmasi terbesar di dunia setelah Pfizer, Bristol-Myers Squibb, Novartis, dan GlaxoSmithKline. Perusahaan ini didirikan tahun 2004 setelah terjadi penggabungan Sanofi-Synthélabo dengan Aventis.
Baca Juga: Dikenal Langsing, Ternyata Begini Cara Diet Wanita Perancis
Baca Juga: Pusing Warganya Banyak yang Bandel, Italia Rekrut Ribuan Pengawas Physical Distancing
Mendekati tahap akhir uji klinis, Direktur Penjualan Sanofi di Prancis, Olivier Bogillot menyebut bahwa vaksin Covid-19 kemungkinan akan dijual dengan harga di bawah 10 euro atau di bawah Rp 174.000 (kurs Rp 17.400/€) per suntikan.
"Harga belum sepenuhnya ditetapkan. Kami menilai biaya produksi untuk beberapa bulan mendatang, kami akan berada di bawah 10 euro," kata Bogillot dikutip Reuters, (06/09/2020).
Ditanya tentang saingannya AstraZeneca (AZN.L), yang diperkirakan akan memberi harga sekitar 2,50 euro di Eropa, Bogillot mengatakan perbedaan harga terjadi karena dari jumlah sumber daya yang memproduksi.
"Perbedaan harga bagi kami adalah karena kami menggunakan semua sumber daya internal kami, peneliti kami sendiri, pusat penelitian kami sendiri. AstraZeneca melakukan outsourcing sebagian dari produksinya," ucapnya.
Baca Juga: Mengenal Ganglion, Tumor Jinak yang Sering Tumbuh di Area Sendi
Baca Juga: Waspadai Tuli Mendadak di Usia Lanjut, Paling Banyak Menyerang Pria
Awal pekan ini Sanofi dan GlaxoSmithKline Inggris (GSK.L) mengatakan bahwa mereka telah memulai uji klinis kandidat vaksin COVID-19 berbasis protein, dan bertujuan untuk mencapai tahap pengujian akhir pada Desember.
Jika hasilnya meyakinkan, Sanofi dan GSK berharap vaksin itu disetujui pada paruh pertama 2021. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Reuters,CNBC,detik.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar