GridHEALTH.id - Sebuah studi yang dilakukan Departemen Pertahanan AS yang dirilis Kamis (15/10/2020) menemukan suatu tanda positif bagi industri penerbangan saat berusaha pulih dari efek pandemi yang menghancurkan perjalanan bisnis maupun wisata.
Menurut studi tersebut, risiko terpapar virus corona penyebab Covid-19 atau risiko penyebaran Covid-19 pada penerbangan sangat rendah bila semua penumpang mengenakan masker.
Ketika penumpang yang duduk mengenakan masker, rata-rata hanya 0,003% partikel udara dalam zona pernapasan di sekitar kepala seseorang yang terinfeksi Covid-19 menular, bahkan ketika setiap kursi terisi.
Pengujian mengasumsikan hanya satu orang yang terinfeksi di pesawat dan tidak mensimulasikan efek pergerakan penumpang di sekitar kabin.
Studi yang dilakukan di atas pesawat United Airlines Boeing 777 dan 767 itu menunjukkan bahwa masker membantu meminimalkan paparan infeksi ketika seseorang batuk, bahkan di kursi tetangga.
Sekitar 99,99% partikel disaring keluar dari kabin dalam waktu enam menit karena sirkulasi udara yang cepat, ventilasi udara ke bawah dan sistem filtrasi di pesawat.
Baca Juga: PSBB Dilonggarkan, Epidemiolog Ingatkan Bahaya Superspreader Penyebaran Covid-19
Baca Juga: Kemenkes : Sudah Divaksin Tak Ada Jaminan Bisa Terbebas Covid-19
Diperkirakan bahwa untuk menerima dosis infeksius, penumpang harus terbang selama 54 jam di pesawat yang membawa orang yang terinfeksi.
Maskapai penerbangan United Airlines bersedia menyediakan pesawat, penumpang, dan pilotnya meski diakui oleh maskapai tersebut, sangat bersusah payah mencari orang-orang yang bersedia. Untung hasilnya memberikan gambaran positif.
"Hasil ini ... berarti kemungkinan Anda terkena Covid-19 di pesawat United hampir tidak ada, bahkan jika penerbangan Anda penuh," kata Kepala Pelanggan United Airlines Toby Enqvist.
Studi yang sama juga ada yang dipimpin dan didanai oleh Komando Transportasi, yang mengoperasikan penerbangan Patriot Express yang menggunakan pesawat komersial seperti United untuk anggota militer dan keluarganya.
Penelitian selama enam bulan ini melibatkan 300 tes selama 38 jam waktu penerbangan dan 45 jam pengujian darat.
Itu dilakukan dengan melepaskan partikel berukuran sama dengan virus corona di seluruh kabin secara terpisah, yang masing-masing memiliki 42 sensor yang mewakili penumpang lain yang berpotensi bersentuhan dengan partikel tersebut.
Setiap tes melepaskan 180 juta partikel - jumlah partikel yang dihasilkan oleh ribuan batuk. Peserta studi termasuk Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dan Boeing Company.
Baca Juga: Studi: Sering Orgasme Menandakan Hubungan yang Bahagia Pada Pasangan
Baca Juga: Terbukti Bisa Melangsingkan Badan, Simpan Stok Jahe di Rumah
Pekan lalu, produsen pesawat Boeing, Airbus SE dan Embraer SA merilis publikasi bersama yang menunjukkan bahwa filter udara kabin membatasi penyebaran Covid-19 di pesawat mereka.
Kesimpulan mereka didasarkan pada penelitian dinamika fluida komputasi yang mensimulasikan bagaimana partikel bergerak di sekitar kabin.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan telah mengidentifikasi hanya 44 kasus Covid-19 terkait penerbangan sejak awal 2020 versus sekitar 1,2 miliar penumpang yang telah melakukan perjalanan selama waktu itu.
Sementara tidak ada yang benar-benar bebas risiko, kasus yang dipublikasikan tentang potensi penyebaran Covid-19 dalam penerbangan menunjukkan bahwa, "Risiko tertular virus di pesawat tampaknya berada dalam kategori yang sama dengan tersambar petir," kata Direktur Jenderal IATA Alexandre de Kata Juniac.
Alias meski sangat jarang, tetap bisa terinfeksi virus corona di pesawat meski sudah masker. Maka kewaspadaan dan kehati-hatian tetap yang utama untuk menghadapi penyebaran Covid-19.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | The Daily Sabah,Bussines Insider |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar