GridHEALTH.id - Kesemutan, atau dalam bahasa medis disebut parasethia adalah sensasi geli atau mati rasa yang dibarengi dengan perasaan seperti tertusuk jarum.
Hal ini terjadi ketika saraf secara tidak sengaja mendapatkan tekanan sehingga aliran darah pada saraf tidak lancar.
Normalnya, kulit manusia bisa merasakan sensasi tertentu setelah ada rangsangan atau stimulus pada sistem sensoriknya (permukaan kulit).
Contohnya rasa nyeri, panas, geli, kasar dan sebagainya. Tentu saja sensasi yang muncul harus sesuai dengan stimulusnya.
Misalnya kalau tertusuk jarum, kita akan merasakan sensasi nyeri pada kulit. Sementara pada kasus kesemutan, sensasinya muncul spontan tanpa ada stimulus.
Penyebab paling umum kesemutan adalah posisi yang kurang tepat saat kita duduk, bersandar atau berbaring, seperti menekuk saat duduk bersila terlalu lama atau tidur dengan kepala menindih tangan.
Baca Juga: Kesemutan dan Kebas Pada Pasien Diabetes Dapat Dicegah Dengan Vitamin B
Baca Juga: 8 Bukti Saat Diabetes Merusak Kesehatan Tubuh Secara Diam-diam
Pada posisi tertentu seperti itu akan menekan saraf dan pembuluh darah sehingga mengurangi suplai darah ke bagian tubuh yang tertekan tadi.
Apabila kita mengubah posisi atau meluruskan bagian yang tertekuk tadi maka secara perlahan kesemutan itu akan menghilang.
Namun kesemutan bisa juga menjadi kondisi medis yang lebih serius seperti kambuhan atau kronis.
Kesemutan kronis biasanya akan diikuti oleh gejala lainnya, misalnya nyeri, gatal, dan penyusutan/kelemahan otot.
Dalam kasus tersebut, kesemutan bisa menjadi tanda dari kerusakan saraf sebagai hasil dari beragam kondisi medis yang mendasarinya, seperti cedera traumatik atau berulang, infeksi bakteri atau virus, pengerasan arteri, dan penyakit sistemik seperti stroke, diabetes, penyakit hati, ginjal, gangguan tiroid, hingga kanker.
Selain itu, obat-obatan yang sedang dikonsumsi juga bisa memicu kesemutan, misalnya beberapa obat anti kejang dan antibiotik.
Obat-obatan untuk penyakit autoimun, seperti penyakit HIV/AIDS juga sering menyebabkan kesemutan pada bagian tubuh.
Baca Juga: Tata Cara Mandi Wajib Setelah Haid yang Benar Sesuai Ajaran Islam
Baca Juga: Satgas : 'Penularan Covid-19 Terbaru, 90 Persen Terjadi Saat Makan'
Faktor lain yang menyebabkan kesemutan berkepanjangan adalah malnutrisi akibat pola makan yang buruk, kekurangan vitamin B12 serta konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Bila kesemutan sering terjadi dan berlanjut, ada baiknya segera ke dokter untuk mencari penyebabnya.
Dokter akan menelusuri riwayat medis dan keluhan, dan melakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Beberapa tes penunjang mungkin akan dijalani, seperti tes darah, tes Elektromiogram/EMG (tes fungsi saraf dan otot), pemeriksaan cairan serebrospinal, tes konduksi saraf, MRI, dan biopsi.
Baca Juga: Tambah Imunitas di Masa Pandemi, Siapkan Campuran Susu dan Kunyit
Baca Juga: Mengenal Efek Samping Obat, Mulai Diare Ringan Hingga Berisiko Nyawa
Setelah serangkaian pemeriksaan dan tes, dokter akan menegakkan diagnosis. Contohnya, jika kesemutan terjadi karena diabetes, maka dokter akan meminta kita mengontrol kadar gula darah secara rutin, memberikan obat untuk menjaga kadar gula darah, dan menerapkan pola makan sehat. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Mayo Clinic,lippokarawaci.co.id,Gridhealth.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar