GridHEALTH.id - Sama seperti penyakit infeksi lainnya, pasien yang dinyatakan positif virus corona (Covid-19) pun bisa menjadi kebal terhadap virusnya usai dinyatakan sembuh.
Namun kekebalan tubh yang dialami pasien sembuh Covid-19 tersebut nyatanya tidak bertahan selamanya.
Sebab dalam beberapa kasus pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh justru kembali terinfeksi virus corona.
Kondisi inilah yang disebut sebagai infeksi berulang. Lantas, berapa lama pasien sembuh Covid-19 bisa kebal terhadap virus corona?
Menjawab pertanyaan tersebut, baru-baru ini sebuah penelitian telah mencoba mengukur lama kekebalan pasien sembuh terhadap virus corona tersebut.
Dilansir dari CNN (29/10/2020), penelitian tersebut menemukan bahwa kekebalan pasien sembuh Covid-19 terhadap infeksi berulang mencapai 5 bulan bahkan lebih.
Temuan studi ini berbanding terbalik dengan hasil riset dari Inggris yang menyebut kekebalan tubuh pasien sembuh Covid-19 bisa turun dengan cepat.
Tubuh manusia menghasilkan pasukan senyawa kekebalan sebagai respons terhadap infeksi.
Pada beberapa orang menjadi berlebihan, namun akan mati dengan cepat, dan yang lain menumpuk lebih lambat.
Studi yang baru dirilis ini menunjukkan 90 % orang yang pulih dari infeksi Covid-19 mempertahankan respons antibodi keseluruhan yang stabil.
"Beberapa laporan terdahulu menyebut antibodi terhadap Covid-19 cepat hilang. Namun, kami menemukan sebaliknya bahwa lebih dari 90% orang yang sakit gejala ringan atau sedang menghasilkan antibodi yang cukup kuat untuk menetralkan virus dan bertahan selama berbulan-bulan," kata penulis penelitian tersebut, Florian Krammer.
"Ini sangat penting untuk pengembangan vaksin yang efektif," lanjut dia.
Peneliti melakukan tes antibodi pada lebih dari 30.000 orang yang positif Covid-19 dari Maret hingga Oktober 2020. Mereka menemukan lebih dari 90% mengembangkan respons antibodi pada tingkatan sedang hingga tinggi.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini juga menganalisis dengan cermat 121 pasien yang pulih dan mendonasikan plasma darah mereka. Dikutip dari CTV News, 29 Oktober 2020, analisis dilakukan pada tiga bulan pertama setelah gejala muncul lima bulan setelahnya.
Menurut ahli, antibodi tersebut kemungkinan besar diproduksi oleh sel plasma di sumsum tulang.'
"Tingkat antibodi yang dipertahankan yang kemudian kami amati kemungkinan besar diproduksi oleh sel plasma berumur panjang di sumsum tulang. Ini mirip dengan apa yang kita lihat pada virus lain dan kemungkinan berarti mereka akan tetap ada," ujar salah satu peneliti Ania Wajnberg.
Baca Juga: Sarapan Raja dari Jam Makan, Kunci Stamina dan Produktivitas juga Hindari Penyakit Kronik
Antibodi bukan satu-satunya perlindungan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, tetapi mereka adalah garis pertahanan pertama yang penting.
"Meski ini tidak dapat memberikan bukti konklusif bahwa respons antibodi ini melindungi dari reinfeksi, kami yakin kemungkinan besar mereka akan menurunkan rasio kemungkinan infeksi ulang," demikian menurut para peneliti.
Selain itu, penemuan ini juga dinilai penting untuk menciptakan vaksin corona yang efektif.
Baca Juga: Jalani Perawatan di Ruang Isolasi, Wanita Ini Diperkosa Pegawai Rumah Sakit
Vaksin yang baik dapat memberikan respons antibodi dan imunitas sehingga membuat orang tidak terpapar Covid-19 kembali.
Diketahui vaksin sendiri adalah produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Menurut NHS vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.(*)
Baca Juga: Dirjen WHO Tedros Jalani Karantina usai Bertemu Orang Positif Covid-19
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar