Penyebab utama hiperkalemia adalah penyakit ginjal kronis, diabetes yang tidak terkontrol, dehidrasi, mengalami pendarahan hebat, mengonsumsi makanan kalium berlebihan, dan beberapa obat.
Seorang dokter biasanya akan mendiagnosis hiperkalemia ketika kadar kalium antara 5,0–5,5 miliekuivalen per liter (mEq / l).
Perawatan untuk hiperkalemia bervariasi menurut tingkat keparahannya. Pada hiperkalemia akut, yang sering kali diakibatkan oleh peristiwa tertentu, seperti trauma, dokter dapat menggunakan dialisis dan obat intravena untuk mengeluarkan kalium dari tubuh.
Hiperkalemia kronis biasanya berarti ginjal seseorang tidak berfungsi dengan benar, dan dokter akan menawarkan perawatan untuk menangani kondisi tersebut.
Dalam kebanyakan kasus, hiperkalemia tidak menyebabkan gejala yang nyata. Tetapi hiperkalemia akut, atau perubahan signifikan pada kadar kalium dalam waktu singkat, lebih serius daripada mengalami hiperkalemia kronis, atau kadar kalium tinggi secara teratur.
Lihat postingan ini di Instagram
Namun, kadar kalium yang tinggi dan akut secara kronis bisa berbahaya, berpotensi menyebabkan serangan jantung atau kelumpuhan.
Baca Juga: Di Negara Perancis, Setelah Dilatih Anjing Bisa Mengendus Covid-19
Baca Juga: Antibiotik Azitromisin Gagal Membantu Pasien Covid-19 yang Parah
Baca Juga: 4 Alasan Utama Mengapa Setelah Menikah Jangan Menunda Kehamilan
Hiperkalemia kronis seringkali memiliki gejala yang lebih sedikit daripada hiperkalemia akut. Pada tingkat yang lebih tinggi, gejala hiperkalemia meliputi kelemahan otot, perasaan umum lemah atau lelah, mual, nyeri otot atau kram, sulit bernapas, detak jantung yang tidak biasa dan nyeri dada.(*)
Source | : | Kompas.com,intisari.id,Medical News Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar