GridHEALTH.id - Sejak berita kemunculannya di Inggris, virus corona baru yang sudah bermutasi membuat heboh dunia.
Varian baru virus corona ini disebut ini menyebar lebih cepat dari versi virus aslinya, yang pertama kali muncul di Wuhan.
Baca Juga: 10 Aturan Baru PSBB Ketat di DKI Jakarta, Berlaku Mulai 11-25 Januari 2021
Karenanya, sejak Minggu (20/12/2020), Belanda memberlakukan larangan penerbangan penumpang dari Inggris karena varian baru virus corona tersebut.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan varian baru virus corona mungkin dapat 70% lebih menular dari jenis virus yang lama.
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, melaporkan kepada para anggota dewan di Majelis Rendah, bahwa sedikitnya 60 pemerintah daerah telah mencatat infeksi yang disebabkan oleh varian baru itu.
Hancock menjelaskan bahwa dalam sepekan lalu, terjadi lonjakan tajam dan eksponensial infeksi virus corona di London, Kent, sebagian daerah di Essex, dan Hertfordshire.
"Saat ini kami mengidentifikasi lebih dari 1.000 kasus dengan varian ini terutama di Inggris Selatan meskipun kasus telah ditemukan di hampir 60 wilayah administrasi.
Kami tidak mengetahui sejauh mana (lonjakan) ini dikarenakan varian baru tetapi apapun penyebabnya kita harus mengambil tindakan cepat dan tegas yang sayangnya teramat penting untuk mengendalikan penyakit mematikan ini sementara vaksin mulai disediakan," paparnya.
Kepala Petugas Medis Inggris Prof. Chris Whitty berkata tes usap (swab test) untuk virus corona yang tersedia akan mendeteksi varian baru virus corona yang sebagian besar ditemukan di Kent dan wilayah sekitarnya dalam beberapa minggu terakhir.
Mutasi virus corona ini, terjadi pada protein spike-nya, bagian yang membantunya menginfeksi sel dan target vaksin-vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan.
Munculnya virus corona jenis baru
Baca Juga: Ini Dia Deretan Makanan dan Minuman Penyebab MetabolismeJadi Lambat
Walau berita virus corona baru ini santer berawal dari Inggris, yang yang membawa 17 perubahan genetik dan disinyalir lebih berbahaya dari virus lama, tapi sejatinya mutasi bukan baru mulai di Inggris.
Namun mutasi sudah terjadi sejak virus corona keluar dari Wuhan, China.
Ahli Mikrobiologi Universitas Padjadjaran Mia Miranti mengatakan, virus Corona termasuk ke dalam kelompok virus RNA.
Baca Juga: Geger Virus Corona Menyebar saat Mencuci Rambut, Begini Cara Keramas ala Protokol Kesehatan Covid-19
RNA merupakan salah satu jenis dari asam nukleat yang menjadi ciri bahwa virus dikategorikan sebagai makhluk hidup. Hasil penelitian di beberapa jurnal ilmiah menyebut bahwa kelompok virus RNA mudah mengalami mutasi.
“Replikasi virus ini tidak ada yang tidak menyebabkan penyakit pada inangnya, karena dia akan mengambil alih sistem kerja sel inang untuk proses reproduksi dia,” ujar Mia dalam keterangan tertulis di laman resmi Unpad, Senin (28/12/2020).
Baca Juga: Penyebab Wanita Alami Orgasme Saat Tidur, Mimpi Basah Seperti Pria
Mia menjelaskan, bahwa virus Corona sebenarnya sudah sering mengalami mutasi untuk menyesuaikan diri dengan sel inangnya.
Pasalnya, ketika virus Corona menginfeksi satu tubuh inang, maka RNA-nya akan melakukan replikasi atau berkembang biak.
Bahkan, lanjut dia, Sejak dari Wuhan, Tiongkok, virus Corona sudah mengalami mutasi sehingga dia mampu bertahan pada rentang suhu 5 – 10 derajat Celcius.
Lalu, ketika menyebar ke Iran dan kawasan Timur Tengah, Mia memperkirakan bahwa virus telah mengalami mutasi kembali yang memungkinkan dia tahan terhadap suhu panas.(*)
Baca Juga: Pilot dan Kru Kabin Pesawat Wajib Tes Kesehatan Sebelum Terbang, Ini Deretan Pemeriksaannya
View this post on Instagram
#berantastunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | Kompas.com,tribunnews,Unpad.ac.id,GridHealth.ID |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar