Shabu berbentuk kristal di jalanan dikenal dengan nama ice, crystal meth, shabu, glass dan quartz yang biasanya dikonsumsi dengan cara membakarnya diatas almunium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke ujung lainnya. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihisap dengan sebuah “bong” (sejenis pipa yang di dalamnya berisi air).
Air bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut, cara ini dikenal juga dengan istilah snow cone.
Shabu berbentuk bubuk dikenal dengan nama speed atau louie biasanya dikonsumsi dengan cara snorted atau dihirup melalui hidung.
Baca Juga: Izin Edar Darurat Vaksin Covid-19 Terbit, Kepala BPOM: Tidak Ada Efek Samping Berbahaya
Shabu berbentuk tablet atau pil biasanya dikonsumsi secara oral.
Berdasarkan penelitian, shabu berbentuk kristal merupakan shabu yang paling sering dikonsumsi karena dapat digunakan dengan berbagai cara yaitu dihisap, disuntikan intravena dengan mencampurkan shabu sedian cairan, atau dengan mencampurkan dengan ganja lalu dibakar seperti rokok.
Nah, pecandu shabu adalah adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan shabu dan dalam keadaan ketergantungan pada shabu, baik secara fisik maupun psikis.
Ketergantungan shabu ditandai oleh dorongan untuk menggunakan shabu secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama.
Apabila penggunaannya dikurangi dan atau dihentikan secara tiba-tiba, akan menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Baca Juga: Tak Hanya Keluarga, Anak Sekolah Juga Dapat BLT Rp 3,4 Juta, Ini Cara Mendapatkannya!
Tujuan penggunaan shabu bermcam-macam; dar 20O rang menggunakan shabu; ada yang karena mencoba-coba (experimental use), bersenang-senang (recreational use), untuk mengerjakan pekerjaan tertentu (instrumental), dan memang sudah menjadi kebutuhan (regular use).
Penggunaan shabu yang paling membahayakan adalah pemakaian dengan motif kebutuhan (regular use).
Di tahap ini pengguna sudah ketergantungan pada shabu.
Baca Juga: Dua Hari Lagi Vaksinasi Covid-19, Jokowi Dikabarkan Terima Vaksin yang Berbeda, Benarkah?
Source | : | Kompas.com,https://repository.usu.ac.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar