GridHEALTH.id - Meskipun sudah terundang gratis oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam program vaksinasi massal, Sebagian orang masih ragu menjalani vaksinasi COVID-19 karena takut mengalami efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi. KIPI menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dapat terjadi akibat reaksi suntikan, kebetulan, kesalahan pelaksanaan prosedur imunisasi, reaksi vaksin, atau tidak diketahui.
Memang, vaksin sendiri berpotensi mendatangkan Efek-efek ini bisa timbul akibat kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin baik karena faktor genetik maupun alergi terhadap kandungan vaksin.
Tetapi dengan adanya program penyuntikan vaksin Covid-19, diketahui di lapangan sering terjadi hal-hal yang dikira KIPI, namun sebenarnya adalah reaksi psikis.
"Seringnya reaksi psikis dianggap KIPI. Pingsan karena melihat jarum suntik dikira KIPI. Berdebar-debar karena stres dikira berakibat jantung. Ada yang kejang-kejang padahal ketakutan.
Baca Juga: Ini Alasannya Pengidap Autoimun Tak Boleh Terima Vaksin Covid-19
Baca Juga: 5 Tanda Vagina Tidak Sehat, Mulai Keputihan Hingga Sering Gatal
Jadi ini yang perlu diwaspadai supaya tidak keliru dengan KIPI yang memang benar-benar efek farmakologi, efek samping, interaksi obat, atau intoleransi," kata dr. RA. Adaninggar Primadia Nariswari, SpPD, dokter spesialis penyakit dalam di RS Brawijaya Surabaya saat menjadi pembicara pada Webinar Kesehatan dengan tema “Apakah Saya Bisa Divaksin?” yang diadakan Allianz Life Indonesia (22/02/2021).
Dokter yang akrab dipanggil dokter Ning ini mengatakan cukup banyak reaksi vaksin timbul akibat faktor psikis.
Oleh sebab itu ia menganjurkan agar mereka yang punya kecenderungan punya kecemasan, lebih baik disiapkan mentalnya dulu sebelum divaksin.
Lihat postingan ini di Instagram
"Yang mudah takut lihat jarum, paranoid, atau sering cemas, lebih baik disiapkan dulu mentalnya. Tunggu siap. Jadi kondisi mental dan fisik perlu disiapkan sebelum mendapatkan vaksin Covid-19."
Sebabnya, menurut dokter Ning, yang dikhawatirkan adalah jika efek psikis dianggap sebagai efek vaksin, akan makin banyak orang yang takut vaksin. "Jadi hal ini harus diperjelas dulu, reaksi stres dan respons terhadap kandungan vaksin, berbeda."
Hal ini sesuai dengan data yang diungkapkan Komnas Kejadian Ikutan PascaImunisasi (KIPI). Mereka menyatakan kejadian yang paling banyak muncul pasca imunisasi Covid-19 periode pertama adalah terkait dengan stres atau lebih dikenal dengan immunization stress related responses. Data ini dihimpun dari laporan KIPI di 22 provinsi di Indonesia.
Baca Juga: Studi : Semakin Besar Kemaluan, Pria Makin Malas Pakai Kontrasepsi
Baca Juga: Diabetes Ternyata Bisa Menular Tanpa Disadari, Begini Caranya
"Jadi gejala yang muncul terkait dengan respons kecemasan karena proses imunisasi bukan karena kandungan vaksinnya. Ini sekitar 60%," ungkap Ketua Komnas KIPI Profesor Hindra Irawan Satari dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Senin (22/02/2021).
Hindra menjelaskan gejala atau efek samping setelah vaksin ini muncul karena seseorang berada dalam kondisi stres atau takut saat divaksin. Gejala yang muncul meliputi mual, muntah, pingsan sekejap, muncul gerakan aneh, lumpuh, dan kejang.
Gejala ringan meliputi mual, kesulitan bernapas, kesemutan, lemas, dan berdebar. Sedangkan gejala berat seperti reaksi alergi anafilaksis
"Namun, setelah diperiksa di rontgen atau CT scan ternyata semua normal. Dan keadaan kembali seperti biasa dalam satu atau dua hari dengan atau tanpa pengobatan," kata Hindra.
Baca Juga: Studi : Susu, Yoghurt dan Keju Dapat Mencegah Risiko Munculnya Stroke
Sementara itu, untuk KIPI terkait dengan kandungan vaksin sendiri dinilai hanya terjadi dalam jumlah yang sedikit. Kasus dengan gejala serius terjadi dalam 42 per 1 juta penduduk sedangkan yang gejala ringan terjadi pada lima dalam 10 ribu penduduk. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #berantasstunting
Source | : | webinar |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar