GridHEALTH.id - Pembalut adalah printi wajib perempuan, terlebih saat haid alias menstruasi.
Tapi tahukah, pembalut yang imejnya bersih, sehat, ternyata tidak seperti itu.
Baca Juga: Cegah Sindrom Syok Toksik, Ini Waktu yang Ideal Mengganti Pembalut Saat Menstruasi
Karena pembalut, tidka jarang perempuan justru mengalami masalah kesehatan organ intim sampai organ reproduksi.
Ruam adalah satu satu masalah kesehatan organ intim ringan yang disebabkan oleh pembalut.
Ketahuilah, pembalut mengandung senyawa organik yang mudah menguap, juga terdapat ftalat.
Jika paparan bahan kimia tersebut tersebut menerus alias sering terjadi di organ intim, sejumlah besar bahan kimia berbahaya ini, melansir Environmental Health News (28 Januari 2019), disebutkan dapat diserap melalui alat kelamin, menurut sebuah studi baru.
Baca Juga: Skotlandia, Wilayah Pertama di Dunia yang Membagikan Pembalut Gratis
Studi tersebut dipicu oleh investigasi dari media Korea Selatan pada 2017 yang menemukan pembalut baru mungkin menyebabkan masalah menstruasi dan penyimpangan tertentu.
Selain itu dari laman yang sama, disebutkan lebih dari 15.000 wanita mengeluh dan menandatangani gugatan class action yang mengklaim kerusakan dari pembalut oleh perusahaan Lillian di Amerika Serikat.
Masalahnya, banyak penggunannya mengalami ruam, infeksi, menstruasi tidak teratur, dan kram yang parah.
Malah ada juga penelitian yang menyebutkan menemukan metilen klorida di dua merek pembalut perempuan; toluena dalam sembilan; dan xylene di semua 11 merek yang diuji.
Selain itu masalah penggunaan pembalut pada perempuan pun bisa juga disebabkan karena;
Gesekan
Mengenakan pembalut dapat menyebabkan gesekan karena gerakan. Hal ini lah yang menyebabkan timbulnya ruam.
Menurut Pusat Kesehatan Remaja Putri, berjalan, berlari, dan bentuk aktivitas fisik lainnya dapat menyebabkan bantalan bergerak maju mundur dan berkontribusi pada ruam gesekan pada vulva.
Seseorang dapat mencoba memakai pembalut yang lebih kecil untuk membantu meminimalkan gerakannya.
Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah istilah yang digunakan profesional perawatan kesehatan untuk menggambarkan reaksi alergi pada kulit.
Baca Juga: Skotlandia, Wilayah Pertama di Dunia yang Membagikan Pembalut Gratis
Seseorang dapat mengembangkan ruam bantalan dari berbagai bahan atau bahan kimia yang bersentuhan dengan vulva.
Pembalut terdiri dari beberapa bahan yang dapat menyebabkan iritasi, termasuk perekat dan, dalam beberapa kasus, menambahkan wewangian.
Orang dengan kulit sensitif mungkin menemukan bahwa mereka bereaksi terhadap jenis pembalut wanita tertentu karena bahan pembalutnya.
Dalam kasus ini, mengganti merek pembalut dapat membantu mencegah ruam untuk selanjutnya.
Panas dan Lembab
Tujuan dari pembalut adalah untuk menjebak dan mengumpulkan cairan menstruasi saat keluar dari vagina. Kelembaban dan panas yang terperangkap dapat mengiritasi vulva dan menyebabkan ruam.
Beberapa bahan iritan yang berkaitan dengan pembalut dan pakaian dalam dapat menyebabkan ruam pada vulva. Ini termasuk keringat, air seni, perekat pada panty liner, dan pakaian dalam berbahan dasar nilon.
Baca Juga: Sedang Haid, Berapa Kali Mengganti Pembalut Agar Vagina Tetap Sehat?
Jarang Mengganti Pembalut
Penting bagi orang untuk mengganti pembalut secara teratur sepanjang hari. Membiarkannya terisi dan tetap menempel pada vulva dapat menyebabkan ruam berkembang.
Orang harus memilih pad yang cocok dengan aliran menstruasi mereka. Jika seseorang membeli pad untuk aliran deras, tetapi mereka hanya mengalami aliran ringan, mereka mungkin berpikir bahwa mereka tidak perlu mengganti pembalut sesering mungkin.
Namun, orang harus selalu mengganti pembalut mereka setiap 3–4 jam, tidak peduli seberapa kecil volume aliran mereka.
Baca Juga: 4 Cara Sederhana Siapkan Kehamilan Sehat, Salah Satunya Zat Besi dan 400 Mikrogram Asam Folat
Melakukan hal ini diperlukan untuk menghindari bau dari pertumbuhan bakteri dan mencegah iritasi.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL
Source | : | medicalnewstoday.com,Environmental Health News,Ehn.org |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar