GridHEALTH.id - Sebagian besar orang tentu sudah tidak asing dengan penyakit TBC alias tuberkulosis.
Dimana penyakit ini diketahui masih menjadi masalah serius di banyak negara termasuk Indonesia.
Baca Juga: Masalah Gizi Faktor Risiko Terbesar Infeksi TBC, Pembunuh Nomor Satu pada Penyakit Menular
Meski telah banyak memakan korban jiwa, sayangnya tak sedikit masyarakat yang masih belum menyadari bahya penyakit TBC tersebut.
Bahkan belakangan muncul anggapan bahwa orang Indonesia seakan lebih pilih terkena TBC daripada terinfeksi virus corona (Covid-19).
Hal itu diungkapkan langsung oleh Duta Stop Tuberkolosis Indonesia, dr Tirta Mandira Hudhi pada live streaming yang diadakan oleh Klik Dokter dan Kementerian Kesehatan, Rabu (24/3/2021).
Baca Juga: Komentar Dokter Tirta Soal Vaksin Nusantara, 'Lebih Baik Disetop, Borosin Uang'
Menurutnya itu dikarenakan ketakutan masyarakat saat ini malah hanya datang pada penyakit Covid-19.
Bahkan ada yang lebih memilih terkena TBC ketimbang terpapar Covid-19. Padahal keduanya sama-sama bisa mengakibatkan kematian.
Tirta mengatakan kepanikan kasus Covid-19 pada masyarakat saat ini adalah dikarenakan pemberitaan dan media sosial. Selain itu penyakit Covid-19 terhitung baru.
Baca Juga: Sempat Jalani Operasi Usus Besar yang Bocor, Ustaz Maaher Ternyata Mengidap TB Usus
Walaupun keduanya sama-sama dapat menyerang organ vital seperti paru-paru.
"Pemerintah saat ini lebih fokus pada edukasi Covid-19. Akhirnya masyarakat berpikir lebih baik kena TBC dari pada Covid-19. Padahal keduanya sama serem," kata Tirta seperti dilansir dari Tribunnews.com (25/3/2021).
Diketahui menurut penjelasan di laman NHS bejudul "Overview Tuberculosis (TB)" (12/11/2019), disebutkan bahwa penyakit TBC disebabkan oleh infeksi bakteri yang memiliki nama Mycobacterium tuberculosis.
Baca Juga: Jalani Perawatan di Ruang Isolasi, Wanita Ini Diperkosa Pegawai Rumah Sakit
TBC merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru dan bisa menyebar ke berbagai organ lain di tubuh, seperti tulang belakang dan otak.
Bakteri tersebut bisa menyebar ketika seseorang memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok (perokok aktif maupun pasif) salah satunya.
Selain itu seseorang juga bisa tertular ketika sering berinteraksi dengan penderita TBC dalam waktu yang lama baik itu saat menghirup batuk atau bersinnya dan terkena cairan yang dikeluarkannya.
Meski TBC sudah ada pengobatannya, akan tetapi penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang mencatatkan angka kematian yang cukup tinggi.
Disisi lain, Presiden Jokowi juga sempat menyinggung soal penyakit TBC di Indonesia.
Diberitakan GridHEALTH.id (21/7/2020), Jokowi bahwa Indonesia kini berada di peringkat ketiga dengan jumlah penderita TBC tertinggi di dunia.
Baca Juga: Tubuhnya Dipasangi Selang, Istri Indra Bekti Ungkap Penyakit yang Buat Paru-parunya Menghitam
Peringkat Indonesia tersebut hanya di bawah India dan China.
Lebih lanjut, Jokowi menegaskan TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular dengan angka kematian tertinggi di dunia.
Bahkan, kata Jokowi, setiap tahunnya jumlah pasien TBC yang meninggal lebih banyak dibandingkan HIV/AIDS.
Di Indonesia, 165.000 pasien meninggal akibat TBC pada 2017.
Kemudian, jumlah pasien yang meninggal akibat TBC pada 2018 mencapai 98.000 pasien.
"Perlu kita ketahui, 75 % pasien TBC adalah kelompok produktif artinya di usia produktif 15-55 (tahun). Ini yang juga harus kita waspadai," ujar Jokowi.
Jokowi menargetkan Indonesia bebas TBC pada 2030.
Untuk mencapai target itu, Jokowi meminta agar penanganan TBC dilakukan meniru model Covid-19 untuk melacak penderitanya.(*)
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Tribunnews.com,Gridhealth.id,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar