Mathai Mammen, kepala Penelitian & Pengembangan Janssen di Johnson & Johnson, mengatakan bahwa data selama 8 bulan yang dpelajari sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin sekali suntik Johnson & Johnson "menghasilkan respons antibodi penetral yang kuat yang tidak berkurang.
Mammen juga mengatakan, pihaknya terus mengamati peningkatan efektivitas dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Siapa Saja yang Berisiko Terinfeksi Virus Hepatitis C? Ini Kata Dokter
Baca Juga: Jangan Terlena, Diabetes Bisa Muncul di Usia Lanjut, Ini Gejalanya
Sebuah laporan oleh badan pengendalian penyakit Uni Eropa ECDC memperkirakan jenis yang lebih menular dapat mencapai 90% dari kasus baru di Uni Eropa pada akhir Agustus. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | USA Today,The Daily Sabah,Times of Israel |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar