GridHEALTH.id - Di tengah gencarnya seluruh dunia mengadakan vaksinasi massal vaksin Covid-19 demi mencegah penyebaran, hasil studi munculnya vaksin-vaksin barus selalu ditunggu.
Belum lama ini, diketahui bahwa vaksin Pfizer-BioNTech 70% efektif melawan varian delta COVID-19 yang sangat menular, menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Israel.
Hasil penelitian Universitas Ibrani tentang kemanjuran vaksin diterbitkan oleh Perusahaan Penyiaran Publik Israel (KAN) pada hari Minggu di Times of Israel (04/07/2021).
Temuan baru ini dibandingkan dengan 95% tingkat efektivitas vaksin terhadap jenis virus sebelumnya.
Varian delta, yang pertama kali terdeteksi di India, dikatakan bertanggung jawab atas lebih dari 90% kasus Covid baru di Israel dan seluruh dunia selama dua minggu terakhir.
Varian Delta menghancurleburkan India pada bulan April dan Mei dan sejak itu menyebar ke seluruh dunia.
Baca Juga: Fakta Terbaru, Virus Corona Bisa Langsung Menginfeksi Sel di Mata
Sebuah laporan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperkirakan jenis yang lebih menular dapat menyebabkan 90% kasus baru di UE pada akhir Agustus.
Menurut ECDC, varian Delta (B.1.617.2) 40-60% lebih mudah menular daripada varian Alfa (B.1.1.7) yang pertama kali terlihat di Inggris.
Sejak Desember 2019, pandemi telah merenggut lebih dari 3,97 juta jiwa di 192 negara dan wilayah, dengan sekitar 183,74 juta kasus dilaporkan di seluruh dunia, menurut Universitas Johns Hopkins.
Dikabarkan juga, vaksin Johnson & Johnson Covid-19 satu dosis efektif melawan varian Delta dari virus corona yang dianggap lebih menular dengan respons kekebalan yang berlangsung setidaknya delapan bulan, kata perusahaan itu pada Kamis (08/07/2021), dikutip dari USA Today.
Antibodi dan sel sistem kekebalan dalam darah delapan orang yang divaksinasi dengan jab Johnson & Johnson secara efektif menetralkan strain Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India, para peneliti menemukan.
Studi kedua dengan 20 pasien yang divaksinasi di Boston's Beth Israel Medical Center memiliki hasil yang serupa.
Data dikirim ke bioRxiv, sebuah situs online gratis untuk pracetak ilmiah yang tidak dipublikasikan di mana penulis dapat membuat temuan mereka segera tersedia untuk komunitas ilmiah dan menerima umpan balik pada draft naskah sebelum diserahkan ke jurnal, menurut situs tersebut.
Baca Juga: Pancuran Air di Kamar Mandi Bisa Sebabkan Penyakit Infeksi Paru, Studi
"Kami percaya bahwa vaksin kami menawarkan perlindungan yang tahan lama terhadap Covid-19 dan memunculkan aktivitas penetralan terhadap varian Delta," kata Paul Stoffels, kepala ilmuwan Johnson & Johnson, dalam sebuah pernyataan perusahaan.
Mathai Mammen, kepala Penelitian & Pengembangan Janssen di Johnson & Johnson, mengatakan bahwa data selama 8 bulan yang dpelajari sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin sekali suntik Johnson & Johnson "menghasilkan respons antibodi penetral yang kuat yang tidak berkurang.
Mammen juga mengatakan, pihaknya terus mengamati peningkatan efektivitas dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Siapa Saja yang Berisiko Terinfeksi Virus Hepatitis C? Ini Kata Dokter
Baca Juga: Jangan Terlena, Diabetes Bisa Muncul di Usia Lanjut, Ini Gejalanya
Sebuah laporan oleh badan pengendalian penyakit Uni Eropa ECDC memperkirakan jenis yang lebih menular dapat mencapai 90% dari kasus baru di Uni Eropa pada akhir Agustus. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | USA Today,The Daily Sabah,Times of Israel |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar