GridHEALTH.id - Pandemi Covid-19 telah merenggut lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia sejak dimulai tahun lalu.
Yang memprihatinkan, penyakit baru ini telah membuat banyak anak menjadi yatim piatu.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet memperkirakan bahwa secara global lebih dari 1,5 juta anak telah kehilangan setidaknya satu orangtua, kakek-nenek asuh, atau kakek-nenek yang tinggal bersama mereka karena Covid-19 selama 14 bulan pertama pandemi.
Untuk memperkirakan tingkat yatim piatu terkait Covid-19 (kematian salah satu atau kedua oran tua) dan kematian kakek-nenek kustodian dan yang tinggal bersama (usia 60-84), para peneliti menganalisis data kematian dan kesuburan dari 1 Maret 2020 hingga 30 April 2021, di 21 negara termasuk India.
Dalam studi tersebut, kematian terkait Covid-19 mencakup kematian yang disebabkan langsung oleh Covid-19 maupun tidak langsung oleh penyebab terkait lainnya.
Seperti penguncian (lockdown), pembatasan berkumpul dan bergerak, penurunan akses atau penerimaan perawatan kesehatan dan pengobatan untuk penyakit kronis.
Baca Juga: 11 Miliar, Jumlah Vaksin Covid-19 Dibutuhkan Untuk Akhiri Pandemi
Baca Juga: Pengobatan Rumahan yang Alami dan Mudah Untuk Mengatasi Alergi Debu
Sekitar 1.134.000 anak diperkirakan kehilangan orang tua atau kakek-nenek perwalian karena kematian terkait Covid-19.
Dari jumlah tersebut, 1.042.000 anak kehilangan ibu, ayah, atau keduanya, tetapi sebagian besar kehilangan satu.
Secara keseluruhan, penulis penelitian memperkirakan bahwa 1.562.000 anak telah mengalami kematian setidaknya satu orangtua atau pengasuh atau kakek-nenek yang tinggal bersama lainnya (atau kerabat yang lebih tua lainnya).
Afrika Selatan, Peru, Amerika Serikat, India, Brasil, dan Meksiko diidentifikasi sebagai negara dengan jumlah tertinggi anak yang kehilangan pengasuh utama (orangtua atau kakek-nenek kustodian/pengasuh).
Di setiap negara, penelitian ini menemukan bahwa kematian terkait Covid-19 lebih besar pada pria daripada wanita, terutama pada usia paruh baya dan lebih tua.
Secara keseluruhan, jumlah anak yang kehilangan ayah mencapai lima kali lebih banyak daripada anak yang kehilangan ibu.
Studi ini didanai sebagian oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA), bagian dari National Institutes of Health.
Baca Juga: Covid-19 Tidak Bisa Dianggap Sebagai Flu Karena Memiliki Implikasi Kesehatan Jangka Panjang, Studi
Baca Juga: Fenomena Kalau Lapar Jadi Marah, Ternyata Ini Biang Keladinya
Dampak peristiwa ini bisa traumatis terhadap kesehatan anak. Chuck A. Nelson, III, Ph.D., penulis studi, dari Boston Children's Hospital, mencatat bahwa kehilangan orangtua atau pengasuh dapat mengganggu kehidupan anak-anak dan berpotensi mempengaruhi perkembangan mereka jika mereka tidak berada dalam lingkungan rumah yang stabil.
Studi telah mengaitkan pengalaman traumatis, seperti kehilangan orangtua atau pengasuh, dengan peningkatan risiko penggunaan narkoba, kondisi kesehatan mental, dan kondisi perilaku dan kesehatan kronis lainnya.
Dalam makalah tersebut, Direktur NIDA Nora D. Volkow, MD, menyatakan, "Meskipun trauma yang dialami seorang anak setelah kehilangan orangtua atau pengasuh dapat menghancurkan, ada intervensi berbasis bukti yang dapat mencegah konsekuensi merugikan lebih lanjut, seperti pendampingan dan pengobatan, dan kita harus memastikan bahwa anak-anak memiliki akses ke intervensi ini."
Studi ini menggarisbawahi yatim piatu sebagai konsekuensi yang diabaikan dari pandemi dan menekankan bahwa kebutuhan mendesak untuk memberikan dukungan psikososial dan ekonomi berbasis bukti kepada anak-anak yang kehilangan pengasuh.
Di Indonesia sendiri belum ada data, berapa anak yang menjadi yatim piatu, kehilangan salah satu orangtua atau terlantar karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Obat Anti Mabuk, Diminum Sebelum atau Saat Perjalanan? Ini Jawaban Ahli
Baca Juga: Studi: Rutin Latihan Aerobik Kurangi Tingkat Depresi Pada Wanita
Negara dan lembaga hak asasi anak perlu segera turun tangan untuk memberikan pendampingan dan pengobatan, serta akses kepada psikolog/psikiater untuk meminimalisasi dampak traumatis pada anak.(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | The Lancet |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar