Sue Pavord, konsultan hematologi di Oxford University Hospitals yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan insiden itu biasanya menimpa orang-orang muda yang sehat, dan sangat berbahaya jika mengakibatkan pendarahan di otak.
Tetapi dia menambahkan bahwa lonjakan awal kasus efek samping telah mereda karena dampak dari keputusan otoritas kesehatan \Inggris untuk menawarkan suntikan alternatif dengan merek lain di bawah 40-an yang dimulai bulan Mei lalu.
"Kami belum melihat kasus baru selama empat minggu terakhir dan ini sangat melegakan," kata Pavord pada konferensi pers di Oxford.
Kondisi ini memiliki tingkat kematian keseluruhan sebesar 23%, tetapi meningkat menjadi 73% pada kasus dengan gumpalan di otak yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST), meskipun perawatan seperti pertukaran plasma darah konvalesen meningkatkan tingkat kelangsungan hidup untuk kasus yang parah hingga 90%.
Para peneliti mengatakan mereka berharap penelitian ini akan menginformasikan strategi vaksinasi tetapi menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi, terutama mengingat tingkat pembekuan jenis lain yang jauh lebih tinggi pada pasien Covid-19 yang sakit parah.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Payudara Agar Terhindar dari Kanker
Baca Juga: 7 Jenis Protein Pengganti Daging Sapi, Sama Manfaat dan Menyehatkan
Hasil penelitian ini juga telah dimuat di New England Journal of Medicine. Dari 294 kemungkinan kasus yang dianalisis, 220 ditemukan sebagai kasus pasti atau kemungkinan kasus VITT, yang semuanya mengikuti AstraZeneca daripada vaksin Pfizer.
Beberapa gumpalan ditemukan di sekitar sepertiga kasus, dan hampir semua yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi tersebut mengalaminya antara lima hingga 30 hari setelah dosis pertama vaksin AstraZeneca. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | Reuters,New England Journal of Medicine |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar